tiga puluh

11.3K 1.5K 61
                                        

"Katanya mau bantuin aku ngerjain skripsi?"

Pagi-pagi Chanyeol udah ditagihin Shella atas perkataannya semalam. Kemarin sewaktu pulang dari supermarket, mereka langsung ke kamar masing-masing untuk tidur. Ya gak heran sih, nyampe rumah udah lewat dari jam sebelas malam soalnya.

Chanyeol yang sedang mengancing lengan kemejanya berjalan menuju sofa, dia duduk pada pegangan sofa untuk menyangga tubuhnya. "Iya, ntar pulang kantor aku bantuin. Pasangin dasi dulu."

Dasi yang ada digenggamannya dia serahkan pada Shella yang kini mendekat. Chanyeol melebarkan kaki sehingga Shella kini berdiri diantara kedua kakinya. Dan dalam posisi seperti ini, tinggi Shella dan Chanyeol menjadi setara.

Mata Shella terfokus pada kerah leher Chanyeol. Sementara Chanyeol sendiri fokus pada mata Shella. Sudah seminggu terlewati sehingga Shella sudah lihai memakaikan Chanyeol dasi tanpa perlu diarahkan.

"Serius banget sih," bisik Chanyeol pada telinga Shella.

"Jadi kamu maunya gimana? Bercanda kayak gini contohnya?" Shella menarik dasi Chanyeol yang otomatis membuat Chanyeol merasa tercekik.

Sepertinya Chanyeol salah strategi. Padahal momen lagi bagus-bagusnya.

Chanyeol memegang lehernya masih mengaduh kesakitan. "Jahat kamu, Shel."

"Gak jahat kok, cuma pengen narik dasi kamu aja." Shella membereskan kekacauan yang ia buat pada dasi Chanyeol tadi menjadi seperti sedia kala. Dia menurunkan dan merapikan kerahnya. "Ok, udah."

"Ingat ya, jangan lembur. Pulang yang cepet."

"Kok tiba-tiba jadi manja gini, hm?" Kata Chanyeol dengan gemas.

"Kan kamu yang janji bantuin aku! Aku gak ada minta loh, kamu yang janji sendiri."

"Iya aku bantuin kok nanti. Tenang aja. Kamu ada kelas hari ini?"

Shella menggeleng. "Tapi jam 12 Gina mau jemput aku buat bantuin dia ngambil data."

"Oh temenmu udah ada yang mulai penelitian?" Shella mengangguk.

"Dia ngebut kemarin ngerjainnya. Makanya jadi cepet. Nah, aku juga pengen cepet, Yeol. Tapi aku bingungggg."

"Mau ikut ke kantor aku aja biar bisa sambil aku bantuin?" Tawar Chanyeol. Perlu diingat bahwa Chanyeol itu lulusan fakultas ekonomi juga kayak Shella.

"No thanks, i've had enough with tatapan karyawan-karyawan kamu. Malesin."

Chanyeol tertawa mendengar respon Shella. Segitu gak sukanya dia dengan pengalaman kerja 'singkat' waktu itu. Dia jadi teringat masa-masa menyuruh Shella buat ngedesign produk, tapi malah didesign pake paint.

"Berarti kamu disini aja?" Ucap Chanyeol meyakinkan sekali lagi siapa tau Shella berubah pikiran.

"Iya." Shella mengangguk yang entah kenapa menurut Chanyeol terlihat sangat menggemaskan.

Lalu dengan gerakan cepat, Chanyeol meraih kepala Shella yang berada dihadapannya dan meninggalkan kecupan singkat di dahinya. "Kalo gitu aku berangkat dulu ya."


*****


Chanyeol: udah makan siang?

Bunyi notifikasi chat dari Chanyeol masuk sesaat setelah Shella dan Gina keluar dari lift. Dia membalas chat tersebut lalu kembali memasukan HPnya kedalam tas.

Entah gemuruh apa yang ada di dada Shella, degup jantungnya tidak bisa santai semenjak dia mendapat chat tersebut. Gina yang saat ini berada di samping Shella kontan menyatakan keheranannya.

Endline #PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang