Jadwal kuliah Shella yang semakin padat diujung semester membuat dia bertahan di kampus lebih lama daripada biasanya. Ditambah, skripsi yang harus dia revisi hingga berkali-kali atas request dari pembimbing membuat perpus kampus sudah seperti rumahnya sendiri. Laptop, terminal panjang, buku yang berserakan, serta kuaci yang diam-diam dia kunyah menemani kesehariannya kini di perpus. Shella memilih memfinalisasi naskah skripsinya disana ketimbang di apartemen.
Karna pada dasarnya, Shella adalah orang yang gampang terdistraksi.
Ketika suatu hal menganggu pikirannya, akan sulit baginya melakukan kegiatan lain. Dan masalahnya dengan Chanyeol ini, bisa dikatakan sangat sangat mendistraksi pikirannya. Shella perlu bersusah payah untuk melupakan gangguan dalam pikirannya itu dengan berada di tempat yang tidak mengingatkannya akan Chanyeol. Dia perlu memberi jarak.
Cukup pikiran Shella saja yang hancur karna Chanyeol, skripsinya jangan.
Dia harus lulus cepat. Dia harus cumlaude.
Itu yang dia katakan terus menerus dalam hati.
Oleh karena itu jangan heran ketika Shella sampai diusir dari perpus karna melewati jam tutupnya. Shella baru pulang jam 8 malam dan sampai di apartemen jam 9. Mama sampai khawatir, anaknya gak kunjung pulang-pulang sampai jam segitu dari pagi, tapi ketika Shella bilang sedang menyusun skripsinya, Mama gak pernah protes lagi.
Chanyeol? Cowok itu tidak ada mengechat atau menelpon Shella menanyakan keberadaannya. Meskipun Mama pernah bilang bahwa Chanyeol heran Shella belum ada di rumah lewat maghrib pada hari pertama dia mendem di perpus, setelah itu Mama bilang tidak pernah mendengar Chanyeol menanyakan hal yang sama lagi.
Setidaknya, Shella bersyukur Mama dan Chanyeol dapat mengerti. Shella tidak perlu repot-repot mengangkat telepon, membalas chat dan mendengar kata-kata penuh kekhawatiran dari keduanya. Namun rasanya, mengapa itu ganjil jika terjadi pada Chanyeol? Suara hati terdalam Shella mengatakan dia tidak ingin Chanyeol mengerti akan keadaannya yang sibuk. Dia tidak ingin Chanyeol paham.
Shella ingin Chanyeol khawatir, menanyakan keberadaannya setiap hari, atau menjemputnya dengan alasan takut Shella kenapa-napa.
Tapi sekali lagi, Shella emangnya siapa? Dia bukanlah dalang yang mengendalikan tingkah laku manusia.
Dia gak bisa dengan gamblang ingin mengatakan Chanyeol harus seperti ini-itu, terlebih Chanyeol yang statusnya perlu dipertanyakan saat ini.
Hingga saat Shella menghadapi masa-masa sulit menjelang sidang proposal pun, Chanyeol tidak ada disisinya. Cowok itu menghadiri meeting di Singapore tanpa tau tanggal penting Shella. Ralat, tidak mau tau. Shella sudah mengatakan tanggal sidangnya pada Chanyeol jauh-jauh hari. Ya meskipun Chanyeol sudah tidak pernah membantu Shella menyusun skripsi lagi, setidaknya dia perlu tau bahwa usaha Shella selama ini telah membuahkan hasil.
ParkChanyeol membalas ke cerita Anda: Loh? Udah sidang proposal?
Chanyeol membalas snapgram Shella yang berisikan update bahwa dia telah melalui sidang proposal.
ShellaDignita: Iya, udah
Satu menit kemudian, message baru kembali masuk.
ParkChanyeol: Selamat ya
Selamat ya, katanya. Hanya sekedar ucapan seperti itu? Bahkan teman-teman dunia mayanya saja mengucapkan selamat dengan heboh beserta doa agar penelitiannya dilancarkan.
Ucapan selamat ya datang dari seorang Chanyeol, yang notabenenya adalah suaminya. Shella tertawa miris, mereka memiliki status suami istri tapi terlihat tidak lebih dari dua orang asing yang berkenalan dari instagram dan tidak pernah bertatap muka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Endline #PCY
FanfictionChanyeol dan Shella sebelumnya tidak pernah bertemu dan saling mengenal. Mereka hanya dipaksa untuk tinggal serumah, bertatap muka setiap hari, dan memberikan keturunan. Dan keduanya tidak sanggup untuk menjalani itu seumur hidup. Sehingga pada suat...