sembilan belas

13K 1.7K 89
                                    

Pagi ini suasana apartemen terasa sedikit berbeda. Shella bangun lebih awal, mempersiapkan segala masakan di dapur untuk sarapan Chanyeol sebelum dia pergi ke kampus. Niat awalnya adalah meletakkan bubur berkuah tersebut dibawah tudung untuk Chanyeol makan nantinya, tetapi pintu kamar tiba-tiba sudah terbuka sebelum dia selesai memasak.

Chanyeol keluar kamar dengan baju yang masih sama dengan yang dikenakannya kemarin, rambutnya dia sisir menggunakan tangan.

"Udah enakan?" Shella bertanya setelah mencicip kuah bubur buatannya.

Chanyeol berespon dengan mengangguk. Dia langsung mengambil posisi duduk didepan meja makan dan membuka bungkus obatnya, obat-obat yang perlu dia minum sebelum makan.

Selesai mengolah bubur menjadi hidangan yang layak untuk dimakan -percayalah Shella tidak akan meracuni Chanyeol dengan masakannya kali ini, dia sudah menelpon Mama untuk menanyakan resep sejak tadi malam- bubur beserta kuahnya telah berada dihadapan Chanyeol.

Shella menatap wajah lelaki di hadapannya, dia terlihat lebih segar dibanding kemarin, mungkin sesuai dikatakan olehnya barusan, badannya lebih enakan. Berkali-kali Shella nyaris menjulurkan tangannya untuk merasakan suhu tubuh Chanyeol, berkali-kali juga dia menahan diri.

Kejadian tadi malam sudah cukup mengejutkannya.

Chanyeol meletakkan tangan Shella tepat di depan dada Chanyeol, tidak perlu dokter, orang normal sekalipun pasti menyadari detakan jantung Chanyeol saat itu berakselerasi dengan cepat dan tak beraturan.

Lalu apa alasan seseorang sampai menjadi berdebar-debar seperti itu?

Pikiran tersebut mengusik tidur Shella sejak semalam. Bahkan dia sempat mencari lewat google, dengan kata kunci, "penyebab orang berdebar-debar."

Hasil yang dia dapat sempat membuat dia terperangah.

Penyakit jantung, tidak, Chanyeol tidak mungkin sakit jantung. Dia masih terlalu muda untuk itu. Ya meskipun ada juga usia muda yang menderita penyakit jantung, rasanya alasan ini terlalu jauh untuk menjadi dasar kejadian tersebut.

Kafein, berani bertaruh Chanyeol selama seharian kemarin belum ada meminum kopi. Kebiasaannya itu selalu dia lakukan setiap malam, bukan pagi ataupun siang, sehingga sudah pasti efek kopi 2 hari lalu tidak akan berpengaruh.

Demam, suhu tubuh yang tinggi katanya membuat jantung berpicu dengan cepat. Oleh karena itu seseorang mudah berdebar-debar saat mengalami kondisi demam. Inilah pasti alasan Chanyeol tadi malam, dia mencoba memberitahu Shella tentang kondisinya melalui detak jantungnya.

Benar. Pasti seperti itu.

Shella meyakinkan dirinya berkali-kali. Sebagian dirinya percaya dengan alasan bahwa maksud Chanyeol berkata seperti semalam untuk memberitahukan efek demam terhadap jantungnya, namun sebagian dirinya yang lain entah mengapa tidak bisa menyangkal maksud Chanyeol lebih daripada itu. Tatapan mata Chanyeol saat itu, masih jelas dalam ingatan Shella.

Tidak.

Shella tidak ingin berpikir terlalu jauh. Apa yang akan diungkapkannya tidak masuk akal, dia tidak ingin menyebutnya.

Yang perlu dia lakukan sekarang adalah menemani Chanyeol sarapan, setelah itu dia bersiap-siap ke kampus. Itu saja. Tidak perlu memikirkan hal lainnya.

"Kenapa, Shel?"

Pertanyaan Chanyeol membuat Shella mengangkat kepalanya, sedari tadi mungkin dia melamun, bergelut dengan alam pikirannya sendiri.

"E-enggak," dia menjawab dengan salah tingkah. "Gue siap-siap dulu ya mau ke kampus," Shella baru saja akan beranjak dari kursinya ketika ucapan Chanyeol selanjutnya membuat langkahnya terhenti.

Endline #PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang