"Gak ada yang ketinggalan, Shel?"
Shella menegakan kursi yang sebelumnya terlalu rebahan dan menggeleng. Tas tentengnya dan laporan yang perlu dijilid juga sudah dalam genggamannya.
Kerja kelompok yang rencananya selesai pada sore hari, berujung selesai setelah isha. Gimana engga, kegiatan tugas menugas tadi diganti dengan sesi curhat Shella kepada teman-teman terdekatnya setelah melihat cewek itu datang dengan mata bengkak.
"Shel, are you okay?" tanya Gina tadi siang setelah beralih dari laptop ke wajah Shella. Melihat dari wajah dan gelagat Shella, dia tau ada yang tidak beres. Gina pun meninggalkan teman-temannya yang lain agar tetap berada di ruang tamu, untuk membawa Shella bersama Keysha ke kamarnya di lantai atas. Gak enak sih ya ninggalin tamu untuk kepentingan pribadi, tapi masa iya sih ngebawa-bawa Daniel sama Chen?
It's Shella after all.
Shella yang susah untuk mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya. Shella yang jarang berbagi. Shella yang gak pernah percaya kepada siapapun untuk mengungkapkan masalahnya, selain kepada Mama Papanya.
Lalu di saat sumber permasalahannya adalah Chanyeol, dan Mama Papa adalah orang terakhir yang ingin dia biarkan untuk tau mengenai hal ini, dia harus cerita ke siapa...?
Pelan, Gina dan Keysha membimbing Shella untuk mengutarakan apa yang mengganggu isi hatinya. Mulai cerita dari apa yang dia temukan beberapa hari lalu, yang tadi pagi, hingga Shella yang pada akhirnya berucap telah menyadari kalau dia punya rasa sama Chanyeol.
Shella gak nangis, mungkin karna persediaan air matanya udah habis tadi pagi.
"Shel... sabar ya... sejujurnya gue gak tau harus ngomong apa..." Keysha termangu diatas tempat tidur yang kini mereka duduki bersama. Guling atau bantal yang ada pada pangkuan mereka masing-masing menjadi sandaran, girls talk kali ini harusnya bermanfaat bagi Shella, namun Keysha malah melirik Gina.
Gina menghela napas panjang sebelum berkata, "Shel... Lo tau kata 'terlambat'?"
"Lo terlambat nyadarnya."
Saat itu juga Keysha langsung menepuk lutut Gina. Salah memang dia berharap wise words muncul dari mulut Gina. Anaknya terlalu blak-blakan.
Tapi pada dasarnya, Shella mungkin harus bersyukur memiliki teman dekat seperti Keysha yang perasa dan Gina yang kebalikannya. Dua-duanya merupakan keseimbangan bagi Shella, dan kali ini, rasanya satu kata yang keluar dari mulut Gina itu langsung menusuk hati Shella hingga menembus jantungnya.
Terlambat.
Kata itu yang tepat baginya.
Semenjak kemarin ia ingin mencari kata untuk mendeskripsikan isi hatinya, dan kali ini dia menemukannya.
Perasaan sakit yang dia rasakan, bukan hanya karna jatuh. Melainkan jatuh dan menyadari bahwa yang dia rasakan telah terlambat.
Gina menepuk-nepuk pundak Shella sambil menggenggam tangannya setelah berbicara panjang. She's the best. Kadang Shella perlu ditampar untuk menyadari hal-hal semacam ini. Seperti menyadari perasaannya setelah Chanyeol udah bersama Vania.
"Apa yang gue bilang sama Keysha dulu udah terbukti kan Shel? Chanyeol emang suka sama lo. Ok, gue gak tau sekarang. Yang jelas, dia pernah suka sama lo." Ralat Keysha, mendengar kalimat terakhir membuat Shella menggigit bibir bawahnya.
"Dari dengar cerita-cerita lo selama ini, dan ngeliat cara Chanyeol mandang lo, orang bego sekalipun tau kalo dia punya rasa sama lo, Shel." Tambah Gina.
"Terus... sekarang gue harus gimana?" Pertanyaan Shella mengungkapkan bahwa dia bener-bener lost kali ini.
"Coba lo tanya baik-baik deh sama Chanyeol. Kenapa Vania nelpon jam segitu, kenapa dia minta dijemput."

KAMU SEDANG MEMBACA
Endline #PCY
FanfictionChanyeol dan Shella sebelumnya tidak pernah bertemu dan saling mengenal. Mereka hanya dipaksa untuk tinggal serumah, bertatap muka setiap hari, dan memberikan keturunan. Dan keduanya tidak sanggup untuk menjalani itu seumur hidup. Sehingga pada suat...