tiga puluh lima

10.4K 1.4K 98
                                        

Sampai di apartemen, Shella membaringkan diri di tempat tidurnya dengan bimbingan Chanyeol. Di pertengahan jalan tadi, Chanyeol sempet turun ke apotek buat beli obat. Shella membuka keresek obat itu ketika Chanyeol masuk ke kamarnya lagi dengan segelas air putih.

"Kok yang dibeli antimo???"

Shella mengerutkan keningnya. Dengan kecerdasan Chanyeol yang luar biasa ini, dia membelikan antimo sebagai obat muntah Shella.

"Salah ya emang? Kan kamu muntah?"

Muka Chanyeol polos banget, tapi minta ditimpukin. Orang Shella sakit gini masih diajak becanda, eh tapi kalo diliat dari mukanya dia gak lagi becanda sih.

"Yeol, plis deh, kamu ga pernah gunain ini? Antimo buat mencegah mabuk perjalanan, Yeol. Bukan ngobatin aku yang muntah gara-gara begini."

"Emang kamu gara-gara apa?"

"Ya gak tau, cuma yang pasti bukan gara-gara mabuk perjalanan!"

"Siapa tau kamu mabuk gara-gara aku nyopir tadi pagi?" Ucap Chanyeol masih kekeuh nyodorin antimo ke Shella. "Coba aja dulu, kita cari tau penyebab kamu muntah kenapa. Kalo dengan ini sembuh, artinya bener-bener karna aku nyopir."

Shella mendengus kesal. Kepalanya jadi tambah pusing. "Yeol, plis deh, aku udah berapa kali sih disopirin sama kamu? Kita tahun baruan kemarin beberapa jam di mobil dan aku enggak mabuk kan?" (baca bonus chapter) Shella menarik selimutnya. Mending dia tidur.

Tapi Chanyeol gak meninggalkan kamarnya, Chanyeol justru mengambil kursi lalu duduk disamping tempat tidurnya. "Terus kamu kenapa dong, Shel? Makan kamu lancar-lancar aja, kalau gak mabuk perjalanan apa dong..?"

Chanyeol menelan ludah sebelum melanjutkan perkataannya.

"Apa mungkin... kamu hamil...?"

Perkataan Chanyeol itu begitu jelas di telinga Shella. Membuat Shella yang awalnya memaksakan diri untuk tidur, seketika membuka matanya.

"Ngomong jangan sembarangan," ucap Shella sebal lalu memukul lutut Chanyeol dengan genggaman tangannya.

"Kok malah dipukul sih." Chanyeol mengusap lututnya. "Di aminin dong, Shel. Kalo hamil kan artinya bagus, dipercaya sama yang diatas buat ngejaga keajaibanya."

"Tapi kita kan gak pernah gituan!" Sanggah Shella cepat. Chanyeol ngomong enak banget ya seakan mereka udah melalui tahap itu aja.

Chanyeol tertawa. Kali ini dia mengalah, iya, dia salah. "Becanda aja, Shel." Tangannya terjulur keatas kepala Shella untuk mengacak-acak rambutnya.

Shella cemberut. Lalu kembali menarik selimutnya, "Udah ah, aku mau tidur."

Chanyeol mengangguk lalu berjalan menuju pintu kamar.

Sebelum Chanyeol menutup pintu, Shella memanggil namanya.

"Kenapa, Shel?"

"Beliin obat yang bener dong. Coba obat maag deh. Kayaknya aku muntah tadi gara-gara perut lagi kosong terus tiba-tiba minum es jeruk."


*****



Sore hari di ruang tengah, terdapat pemandangan Chanyeol yang tertidur diatas sofa dengan majalah yang berada dipangkuannya. Sepertinya dia terlalu letih menunggu bawahannya yang tidak kunjung menyelesaikan tugasnya, iya, meskipun hari libur seperti ini posisi Chanyeol di perusahaan mewajibkan dia untuk terus mengecek berkas yang akan diserahkan kepada para investor besok. Makanya jangan heran Chanyeol membaca majalah sambil sesekali melihat HPnya hingga ketiduran.

Namun tidur Chanyeol itu terusik ketika Shella keluar dari pintu kamar dengan wajah panik dan menggoyang-goyang tubuhnya.

"CHANYEOL! CHANYEOL!!!!"

Endline #PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang