Kedatangan Shella dan Chanyeol bener-bener bikin heboh, selepas Mbak Siti bilang ke orang rumah kalo Shella datang, semuanya menghambur keluar kamar -kecuali nenek tentunya.
"Anak kesayangan Mamaaaa udah pulanggg," badan Shella dipeluk-peluk terus pipinya dicium kanan-kiri, Mamanya itu sampai sekarang masih memperlakukan Shella seperti anak kecil. Begitu juga dengan Papa.
"Kakak kok tambah item?!" Trian muncul dengan mulut setengah terbuka, gak bisa dibedain dia ngomong beneran apa bercanda.
"Heh enak aja! Ini penerangan di rumah ini nih yang kurang!"
"Ciri-ciri orang gak terima kenyataan gini nih contohnya," Trian geleng-geleng kepala. Tingkahnya dari kecil sampe sekarang masih aja gak berubah, hobi ngejek-ngejek Shella tapi kalo Shellanya lagi nginep dirumah temen, bilangnya ke Mama 'Kangen Kak Shella, rumah jadi sepi.' Gatau gimana jadinya Trian sekarang, setelah Shella gak tinggal di rumah lagi, apakah dia bilang kayak gitu juga ke Mama?
"Mana nenek?" Shella gak menanggapi perkataan Trian melainkan mengacak-acak rambutnya, meskipun tingginya sudah melebihi tinggi Shella sekarang, he is still a little kiddo for her.
Shella memasuki kamar tamu yang menjadi tempat yang ditiduri nenek, neneknya itu tampak lebih baik sekarang. Wajah keriputnya dihiasi dengan senyum ketika melihat Shella diikuti Chanyeol dibelakang, menghampirinya dan duduk ditepi ranjang.
Lebih dari satu bulan, atau kalau digenapkan mungkin sudah dua bulan, Shella tidak menjenguk nenek. Sesebal-sebalnya Shella sama perjodohan yang terjadi karna nenek minta cicit, Shella gak pernah bisa membenci neneknya. Nenek adalah salah satu orang yang paling Shella sayang didunia ini, masa kecilnya diliputi cinta oleh sang nenek. Mama dan Papa lumayan sering berpergian sehingga Shella dan Trian pasti disuruh menginap dirumah nenek.
Dan melihat kondisi nenek yang tampak lebih baik sekarang, yang mungkin salah satu penyebab diantaranya adalah dia, membuat hati Shella terasa lapang. Ternyata gak percuma Shella melepas masa lajangnya, nenek bisa sembuh seperti ini rasanya udah lebih dari cukup.
Nenek banyak bertanya mengenai keadaan Shella selama KKN dan apakah hubungan Shella dan Chanyeol baik-baik saja. Chanyeol yang berdiri disamping Shella, sesekali mengangguk dan menanggapi dengan santun, seperti yang terlihat, Chanyeol adalah cowok yang sangat hormat kepada orang tua, termasuk ibu dari mertuanya. Melihat interaksi Chanyeol dan neneknya ini, Shella gak heran kalo Chanyeol dikatakan menantu idaman. He really is.
Bayangan seseorang memenuhi kamar, Mama masuk dengan membawa nampang yang berisikan sup bubur beserta minuman dan obat-obat yang perlu diminum nenek. Melihat itu, Chanyeol dengan refleks mendorong meja yang tersedia di kamar tersebut, meja khusus untuk makan diatas ranjang seperti yang ada di rumah sakit.
Baru saja Mama mengambil satu sendok bubur ketika Shella merebutnya, "Ma, aku aja yang suapin nenek ya?"
Mama pun mengangguk, membiarkan Shella menyuapi nenek di tengah perbincangan mereka. Nenek tidak berhenti bicara di sela makannya, meskipun bernapas dan berbicara memerlukan tenaga yang lebih. Mama bilang ini pertama kalinya nenek berbicara sebanyak ini semenjak berada di rumah.
Setelah selesai menyuapi nenek, Shella melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 9, menyayangkan bahwa dia harus pulang sekarang karna takut kemaleman.
"Nginep disini aja, nak. Kasian Chanyeol kalo macet, kalian pasti capek habis kegiatan seharian."
Mata Shella bertemu dengan Chanyeol, seakan keduanya mencoba berbicara melalui tatapan.
"Ma, kalo aku gapapa karna gak ada jadwal kuliah besok. Tapi Chanyeol kerja. Kita pulang aja ya ma, nanti balik lagi kalo ada-"
"Gapapa, Tante, ehm maksudnya Mama. Kita berdua nginap disini aja." Chanyeol memotong perkataan Shella, yang disusul dengan lototan oleh cewek itu.
Memilih nginap disana sama artinya membiarkan mereka tidur di kamar yang sama. Dan masalahnya, kamar yang tersisa di rumah ini hanyalah kamar Shella.
Chanyeol pernah beberapa kali ke rumah Shella, namun ini untuk pertama kalinya dia memasuki kamar Shella. Pandangan Chanyeol meneliti keseluruh sudut kamar Shella ketika memasukinya, "Jadi, ini kamar kamu, Shel?" Chanyeol setengah menyeringai melihat kamarnya yang bernuansa pink itu untuk pertama kalinya. Minimalis, segala yang dibutuhkan Shella ada di kamar itu, Chanyeol dapat melihat sisi seorang Shella dengan melihat kamarnya.
Meski Shella sudah tidak tinggal disini, Mama gak pernah mau mengalihkan kamar Shella menjadi tempat apapun. Satu hal lagi, kamar Shella selalu rajin dibersihkan dan barang-barangnya masih ada ditempat itu. Ya kata Mama, meskipun Shella udah jadi istri Chanyeol dan tinggal di apartemen Chanyeol, gak menutup kemungkinan kan Shella bisa pulang seperti contohnya saat ini?
Nah, ngomong-ngomong... sekarang Shella jadi mikir gimana caranya Chanyeol tidur dikamarnya jika ranjang yang ada adalah ukuran single untuk satu orang, sementara di kamarnya tidak tersedia sofa seperti di hotel. Gak mungkin kan nyuruh Chanyeol tidur di kamar Trian, bisa diamuk Mamanya.
Shella keluar kamar dan menemui mbak Siti, pembantu rumah tangganya sejak lama yang sangat hapal dengan barang-barang dirumah ini melebihi yang punya rumah.
"Mbak, tilam yang sering Gina pake kalo nginep itu, ada dimana ya?"
Untungnya, Shella tidak mendapatkan jawaban dari mbak Siti seperti "lagi di laundry" atau "udah dibuang Ibu, Non, kan tilamnya udah jelek."
Bodo amat kalo tilamnya jelek, Chanyeol juga yang pake wkwkwk
"Yeol, ini." Shella masuk ke kamar dan meletakan tilam tersebut disamping bawah tempat tidurnya. "Lo tidur disini ya, gue lipat dulu ntar kalo udah mau tidur baru diampar."
Chanyeol mengernyit heran, "Ga usah repot-repot, Shel. Aku tidur di ranjang aja gapapa kok."
"JUSTRU BEGITU GUE YANG REPOT."
"Durhaka kamu Shel, masa suami disuruh tidur dibawah. Cukup kok ranjangnya buat berdua, ya asal kamu mau tidur miring sih." Chanyeol isengnya lagi kumat kayaknya.
"AKU GAK MAU, CHANYEOL." Shella menghentak-hentakan kakinya, dia lagi duduk di samping kasur sehingga kakinya melayang-layang seperti anak kecil.
Chanyeol memiringkan kepalanya sambil tersenyum ketika menyadari sesuatu, "Apa? Coba ulangin?"
"AKU. GAK. MAU. Kenapa sih ngotot banget?!"
Dan selanjutnya Shella merasakan kepalanya ditepuk-tepuk secara halus oleh Chanyeol, "Begini terus ya, Shel? Lebih enak dengernya."
Shella mengernyit heran, masih mencerna maksud perkataan Chanyeol, lalu dia menutup mulutnya saat menyadari apa yang dia sebutkan tadi.
"Tadi typo! Maksudnya 'gue'!"
Masih dalam posisi berdiri, Chanyeol ketawa melihat Shella yang mengelak. "Mana ada ngomong typo?"
"Pokoknya mulai sekarang harus 'aku-kamu' ya."
"Geli banget yeol ihhhh!"
"Gak enak loh kalo Papa Mama denger kita bicara masih pake 'gue-lo'"
"Gak. Gak. Gue gak mau, cukup kamu aja 'aku-kamu'an, aku gak mau ikutan."
"Nah? Loh?" Chanyeol gak bisa menahan senyumannya. "Bilang ga mau tapi barusan pake 'aku-kamu' juga. Udah ya Shel, ikutin aja kata suami kamu, oke?" Chanyeol mencubit pipi Shella sebelum dia keluar kamar untuk turun ke lantai bawah.
Meninggalkan Shella dalam kebingungan.
Setau Shella, yang bisa bikin kulit kemerahan itu adalah luka. Apa Chanyeol ngecubit pipinya sampe luka ya tadi? Tapi kalau begitu, kenapa yang berubah jadi merah seluruh muka Shella?
Author note:
Happy 100+k reads 🎉 makasih untuk semua pembaca yang udah mampir dan meluangkan waktunya buat membaca FM sampai part ini 💕

KAMU SEDANG MEMBACA
Endline #PCY
FanfictionChanyeol dan Shella sebelumnya tidak pernah bertemu dan saling mengenal. Mereka hanya dipaksa untuk tinggal serumah, bertatap muka setiap hari, dan memberikan keturunan. Dan keduanya tidak sanggup untuk menjalani itu seumur hidup. Sehingga pada suat...