tiga puluh tujuh

12.2K 1.6K 233
                                    

"Maksud kamu apa sih Yeol?!" Shella langsung nyusul Chanyeol yang lebih dulu ke kamarnya. Kejadian barusan membuat Shella emosi, hingga pintu dia tutup dengan dibanting.

Chanyeol mengangkat alisnya, dengan pandangan clueless. Well, dia merasa tidak ada yang salah dengan perbuatannya.

Shella menghembuskan napas kesal. "I mean, seriously? Didepan Trian kamu berbuat kayak gitu? Bahkan didepan Mama aja kita bakal dianggap gak sopan!"

Perkataan Shella barusan membuat alis Chanyeol mengernyit, "Jadi aku boleh gituin kamu kalo gak ada orang kayak gini?"

"Bukan!" Shella menggerakan kakinya dengan kesal. "That's not the point!"

"Terus kenapa? Kita emang udah biasa kan nunjukin kedekatan kita didepan orang banyak?"

Setiap kumpul keluarga ataupun di acara-acara tertentu dimana Chanyeol datang bersama Shella, mereka berdua selalu berusaha semaksimal mungkin untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pasangan yang harmonis. Ingat bagaimana Chanyeol menggenggam tangan Shella dengan erat di gala dinner? Atau saat Chanyeol melingkarkan tangannya di pinggang Shella saat didepan nenek? Mereka sudah biasa bersandiwara, sehingga seharusnya Shella tidak mempermasalahkannya kali ini.

"Tapi ini didepan Trian, Yeol! Dia masih SMA, belum cukup umur ngeliat kita!"

Chanyeol menyisir rambut mengenakan tangannya dengan lelah, "Kamu bicara seolah-olah SMA itu setara dengan SD. Trian SMA, Shel. Sebentar lagi kuliah, kerja, dan nikah. Udah saatnya dia siap untuk tau hal-hal begitu."

"Tapi dia belum kuliah, kerja dan nikah! Dia masih anak sekolah!"

Chanyeol mendekat ke arah lemari, melonggarkan dasinya di leher dan meletakannya di gantungan. Dia menghembuskan napas dengan panjang, "Shel, aku capek. Bisa kita bicara ini nanti aja?"

Dengan cepat Shella menggeleng, "Gak. Aku gak mau kamu berbuat kayak gitu lagi dengan alasan secetek SMA berarti sebentar lagi nikah."

Benar-benar deh, Chanyeol kelelahan menghadapi Shella seperti ini. Masalah yang harusnya kecil, dia besar-besarkan. Chanyeol gak bohong waktu bilang capek tadi. Badannya letih, banyak kerjaan yang harus dia selesaikan sebelum pulang.

"Jadi, sekarang ini kamu marah karna aku nyium kamu, atau gara-gara aku ngelakuinnya didepan Trian?"

Pertanyaan Chanyeol tersebut membuat Shella mati kutu. Dia ingin menjawab bahwa sebenarnya yang dipermasalahkan dirinya adalah Chanyeol yang mencium tiba-tiba, tapi mulutnya seakan-akan membeku, tidak sinkron dengan isi hatinya.

"Tujuan kita bukan buat show off ke Trian, Shel. Tapi ke Mama."

Chanyeol benar, seharusnya dia gak mempermasalahkan ini. Toh, udah sebuah keharusan mereka berlaku romantis apalagi didepan Mamanya.

"Apa jadinya kalau Mama tau kita gak sekamar?"

"Kamu gak pengen kan kalo Mama tau kita aslinya gak sekamar?" Chanyeol menambahkan.

Dari ranjang ini, Shella baru menyadari raut muka Chanyeol yang terlihat lelah. Shella merasa bodoh, dia terlihat seperti anak kecil yang ngambek disaat orangtuanya baru pulang kerja.

Padahal Chanyeol capek, tapi dia masih sempat mikirin gimana caranya rahasia mereka tetap terjaga. Shella tau, yang banyak rugi kalau mereka ketahuan gak sekamar bukanlah Chanyeol, tapi dirinya. Mama Papa pasti bakal sedih, nenek juga bakal lebih kecewa lagi. Namun disini, disaat ada niat membantu menjaga rahasianya, Shella malah menyalahkan Chanyeol.

"Kalo kamu masih gak terima, langsung bilang aja ke Mama kalo kita emang gak pernah sekamar. Aku gak bakal kayak gituin kamu lagi."

Chanyeol mengambil handuk lalu menutup pintu kamar mandi, meninggalkan Shella yang terdiam dengan perkataannya barusan.

Endline #PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang