tiga puluh satu

10.8K 1.5K 81
                                        

Shella diantar Gina ke apartemen. Sampai di kamarnya, Shella melemparkan tas dan segala map yang berisi kertas-kertas penting ke atas tempat tidur.

Hari ini adalah hari yang melelahkan.

Dan hari yang melelahkan selanjutnya telah menunggu.

She really need to get everything done.

Shella memutuskan untuk tidur siang terlebih dahulu untuk mengistirahatkan kepalanya sejenak. Yang namanya otak manusia gak bisa dipacu terus menerus, ntar meledak.

Belum dua jam Shella terlelap, kedamaian tidurnya diganggu oleh dering HP yang semakin lama semakin nyaring.

"Halo?" Ucap Shella dengan setengah melek. Suaranya sangat khas orang bangun tidur.

"Kakak lagi ngapain?" Mendengar suara tersebut Shella langsung menjauhkan HPnya untuk melihat layar dan memastikan.

Benar Trian ternyata.

"Kakak lagi ngapain?" Ulang Trian.

"Kamu mau ngomong apa? Penting gak?! Kalo gak penting kakak tutup telponnya! Mau lanjut tidur!!!"

"Galak bener sih. Penting kak, penting!" Teriak Trian dari sana.

"Apa?!"

"Tapi kakak jangan marah dulu. Baru aku mau nanya."

Suara Shella jadi lebih tenang. Matanya sudah terbuka sempurna semenjak mendengar kata Trian barusan. "Emang kenapa? Ada masalah apa?"

"Aku pengen nanya aja sih kak... kakak suka bunga apa?"

"Kenapa? Kamu mau kasih kakak bunga?"

"Engga, bukan buat kakak, tapi aku pengen tau pendapat cewe sukanya bunga apa... ada temen aku yang ulang tahun dan bakal dirayain sekelas. Aku kebagian tugas buat beliin dia bunga."

"Oh gitu?" ucap Shella singkat.

"Kebanyakan cewe itu suka mawar ga sih kak? Atau gimana?" Tanya Trian penasaran.

"Kamu pinter bohong ya sekarang?" Shella tidak menghiraukan pertanyaan Trian barusan.

Jujur, kecewa banget sama adiknya itu. Bisa-bisanya membuat alasan klise seperti itu, padahal Shella udah tau semuanya dari Chanyeol.

"Bohong?"

"Kamu punya pacar kan? Ngaku sama kakak."

Terdengar dari balik sana bahwa Trian berdecak. Sepertinya dia kehabisan kata-kata sekarang, dan sudah tidak bisa mundur.

"Kak Chanyeol ya yang kasih tau kakak? Dasar emang ternyata gak bisa jaga rahasia." keluh kesal Trian.

"Kakak tau darimana, itu gak penting. Yang penting sekarang, kenapa kamu pacaran? Kamu gak ingat apa janji kamu sama kakak dulu?"

"Kak, dia ini cewe baik-baik. Gak kayak mantan kakak dulu. Aku sayang sama dia kak." Bela Trian.

"Oh, jadi kamu beneran udah pacaran nih? Denger ya dek, cewe baik-baik gak ada yang mau diajak pacaran."

"Ya terus gimana dong? Masa aku langsung ajak dia nikah? Kan aku masih SMA. Kak Chanyeol aja kemarin dukung aku, kok kakak malah marah-marah sih. Aku awalnya cuma pengen tanya tentang bunga loh,"

"Kalo kamu yakin dia cewe baik-baik, ya doanya sama yang diatas. Biar dipertemukan nanti setelah kuliah, dengan cara yang baik-baik juga tanpa perlu pacaran. Gak ada gunanya dek kamu pacaran pas SMA, itu cuma cinta monyet, cuma buang-buang waktu dan buang-buang pulsa."

"Tut– tut–"

Itu adalah suara terakhir yang terdengar di telinga Shella saat dia selesai bicara. Trian mematikan teleponnya. Ck. Sepertinya dia benar-benar akan pergi ke rumah Mama dalam waktu dekat.

Endline #PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang