(ada baiknya sebelum membaca part ini, mengscroll chapter 'empat belas' yang paling bawah)
"Mama sampe kapan katanya disini, Shel?" tanya Chanyeol begitu Shella memasuki kamar dia dan menutup pintu.
"Kayaknya sampe besok deh. Buruan beli test pack besok, Yeol. Biar Mama percaya aku ga hamil."
Shella dengan piyama di tubuhnya, mendudukan diri di ujung ranjang. Dia sedikit kikuk karna ini pertama kalinya dia akan tidur di kamar Chanyeol. No excuse lagi karna Chanyeol gak akan bisa dia suruh untuk tidur di sofa luar ataupun di lantai karna mereka gak punya tilam tambahan.
Chanyeol yang menyadari hal itu, segera berkata. "Kalem, Shel. Aku gak bakal ngapa-ngapain."
Lalu dia membagi selimut yang setengahnya sudah menempel ditubuhnya. Iya, untuk pertama kalinya juga mereka satu selimut begini.
Dengan cekatan Shella meletakkan guling diantara mereka lalu membaringkan tubuhnya, "Kalo pagi besok guling ini udah gak ada, aku gak bakal buatin kamu sarapan, gak bakal pasangin kamu dasi, dan gak bakal bicara sama kamu!"
Chanyeol meletakkan salah satu tangannya di guling dan berbaring menghadap Shella sehingga posisi mereka kini berhadapan. "Weuh, ancamannya nyiksa banget."
"Selamanya!" tambah Shella.
"Iya, iya, Shel." Chanyeol tertawa. Takut banget deh kayaknya si Shella. "Tenang aja."
Shella mendengus lalu berbalik membelakangi Chanyeol, membuat dia hanya dapat memandang punggung Shella.
Bagi Chanyeol, Shella yang masih membuat benteng pertahanan dengan guling bukanlah masalah. Karna setidaknya, dia kini bisa menangkap bahwa Shella sudah tidak lagi membangun dinding kokoh yang membatasi dirinya untuk berinteraksi dengan Chanyeol lebih jauh.
*****
Shella bangun dengan terkejut.
Pasalnya, dia tidak sedang berada dikamarnya melainkan kamar Chanyeol. Otaknya mencerna apa yang terjadi kemarin, barulah hatinya mencelos lega setelah mengingatnya. Diliriknya ke samping, Chanyeol tidak ada, namun terdapat bunyi shower dari kamar mandi.
Shella mengambil ikat rambut dan melangkahkan kakinya keluar kamar. Dia harus membuat sarapan. Namun satu langkah mendekati pintu, suara dering telepon yang memenuhi ruangan membuat Shella berbalik.
Shella mencari keberadaan asal suara tersebut. Bukan handphonenya, berarti handphone Chanyeol. Suara dering telepon itu terus berbunyi, hingga indra Shella menangkap handphone Chanyeol yang ada di atas nakas. Dengan nama "Vania🌸" tertera dilayarnya.
Hmm.. Untuk apa Vania menelpon pagi-pagi seperti ini?
Shella melirik ke arah kamar mandi, sepertinya belum ada tanda-tanda Chanyeol selesai. Shella memilih untuk mengangkat teleponnya.
"Channie! Kok baru diangkat sih? Ayo, bangun! Udah jam setengah 7!"
Dia terpaku sejenak mendengar panggilan tersebut... Channie? Apakah itu panggilannya untuk Chanyeol...?
"Ehem," Shella pura-pura melegakan tenggorokannya. "Chanyeol sedang di kamar mandi. Ada apa ya?"
"Astaga... kalian tidur bareng?"
"Aku pikir kalian gak bakal pernah..."
Shella mengernyitkan dahi tidak suka. Apa apaan sih orang ini?
"Sampaikan ke Chanyeol aku nelpon dia!!" Vania menutup telepon itu secara satu pihak. Ada nada geram dalam suaranya.
Shella meletakkan handphone itu kembali di atas nakas, layarnya menunjukkan riwayat panggilan dan baru dia menyadari bahwa disamping nama Vania dalam kontaknya, terdapat emoji bunga dan tanda favorite.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endline #PCY
FanficChanyeol dan Shella sebelumnya tidak pernah bertemu dan saling mengenal. Mereka hanya dipaksa untuk tinggal serumah, bertatap muka setiap hari, dan memberikan keturunan. Dan keduanya tidak sanggup untuk menjalani itu seumur hidup. Sehingga pada suat...