Chapter 7

11.2K 409 2
                                    

-Mona-

Keesokan harinya...

Tepat pukul 6 aku sudah berada di mall. Karena disini hanya aku seorang, maka kugunakan kesempatan itu untuk melihat setiap departemen.

Aku masuk kebagian departemen pemasaran, departemen produk, departemen keuangan dan...

Tunggu dulu. Siapa disana? Seorang pria berada di ruangan departemen keuangan. Aku melihatnya dari pintu kaca.

Aku tidak melihat dia saat didalam sebelumnya. Darimana dia keluar?

Aku tidak bisa melihat wajahnya karna ia membelakangi pintu. Terlihat dia sedang membuka setiap map yang ada di ruangan itu.

"Nona?"

Aku terkejut karena suara dibelakangku. Aku segera membalikkan tubuhku.

"Sedang apa nona berdiri disini?" tanya seorang wanita separuh baya dengan pakaian bagian kebersihan.

"Ahh tidak bibi. Aku hanya.."

Aku menoleh kearah dalam dan.. Dimana pria itu? Kemana ia pergi?

"Ada yang bisa saya bantu? Seingat saya pintunya sudah saya buka. Apa terkunci?" tanya bibi itu.

Aku kembali menoleh kearah bibi itu. "Ah tidak bi.. Tadi aku berangkat bersama teman, aku kemari untuk mengajaknya sarapan tapi.. Ia tidak ada. Apa bibi bertemu dengannya?"

"Saya bagian kebersihan di daerah sini. Siapa nama temanmu?" tanya bibi itu dengan ramah.

"Namanya... itu loh bi yang biasa main ke departemen akuntansi"

Ya tuhan apa yang kukatakan?

"Ohh pak Ridwan ya? Seingat saya dulu yang sering ke departemen akuntansi pak Ridwan. Beliau dekat dengan pak Raman"

"Pak Raman?" tanyaku.

"Ia dia akuntan yang lama. Saya dengar dia keluar sebulan yang lalu"

Aku merasa menemukan sesuatu yang penting. Jika memang pak Ridwan sering bersama pak Raman.. Berarti pak Ridwan tau sesuatu bukan tentang laporan keuangan bulan kemarin. Akan kucari yang namanya pak Ridwan.

Aku pamit kembali keruanganku kepada bibi itu. Aku berjalan mencoba mengsketsa apa yang tadi bibi itu katakan.

Jika memang mereka sedekat itu maka...

BRUKK

Ya tuhan..

Aku membuka mataku dan melihat sepasang mata tajam yang pernah kulihat sebelumnya.

Kedua tanganku menggenggam erat kerah kemeja yang dipakai pria itu. Ia melingkarkan tangannya di pinggangku untuk menahanku terjatuh.

Tunggu.. Dimana ia melingkarkan tangannya?

Aku segera bangkit dan berdiri dengan tegap. Dia menarik tangannya dari pinggangku, begitupun aku melepaa genggamanku.

"Maaf" ujarku.

"Dimana matamu? Sudah tidak berfungsi?"

Oh my god. Rasanya ingin ku tarik mulutnya itu. Tidak bisakah ia mengatakan hal yang baik?

"Begitu juga dirimu.. Dimana matamu?" balasku.

"Tentu mataku pada tempatnya" jawabnya singkat.

Dalam sekejap lidahku menjadi kelu. "Lalu.. Kenapa kau tidak melihat bahwa aku sedang lewat?" protesku.

"Mataku pada tempatnya tapi aku sedang membaca berkas. Bagaimana denganmu? Matamu ditempatnya tapi apa yang kau lihat?"

Astaga.. Kalau bukan boss ku rasanya ingin kutarik rambutnya yang rapih itu.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang