Chapter 60

3.5K 112 0
                                    

-Mona-

2 hari berlalu.

Aku melakukan rutinitasku. Kantor rumah kantor rumah, hanya itu yang kulakukan.

Aku duduk dikursiku. Saat aku hendak menulis sesuatu pulpenku tintanya habis. Aku mencari pulpen di mejaku tapi tidak dapat kutemukan.

"Kau mencari sesuatu?" Tanya Anjeli yang melihat aku yang tidak bisa diam.

"Aku mencari pulpen-pulpenku. Aku membeli satu box tapi.. Aku tidak dapat menemukannya"

"Mau kupinjamkan? Atau mungkin ada di laci mejamu"

Aku mengikuti saran Anjeli dan membuka laci mejaku. Aku menemukan sebuah amplop coklat.

"Apa ini?" Tanyaku sembari mengeluarkannya.

"Oh itu. Seorang kurir mengantarnya. Aku meletakkan dilacimu supaya tidak hilang" Jawab Malika.

"Kapan kurir itu datang?"

"Sudah dua hari yang lalu kalau tidak salah" Jawab Malika.

Apa ini? Amplopnya tertutup rapih. Tidak ada nama pengirim, alamatpun tidak ada. Hanya nama dan alamat kantor ini yang tercantum.

Aku membuka amplop itu dan ada kertas didalamnya. Apa ini?

***

Air mata menetes seraya aku selesai membaca 2 kertas yang berasal dari amplop itu.

Hatiku terasa panas. Aku merasa marah, kecewa, sedih.. Aku.. Aku..

Aku meremas kertas itu dan berjalan keluar ruanganku.

"Mona kau ingin kemana? Mona" Panggil James tapi aku tidak dapat menghiraukannya karena rasa amarah yang sekarang menyelimutiku.

***

"Ada apa Mona?" Tanya Malik yang berdiri dihadapanku dengan tatapan bingung. Entah apa yang dia bingungkan, bukankah dia biasa melihatku diruangannya?

"Malik.. Kau tau rumahku? Apa.. Kau tau dimana aku tinggal sebelum.. Bersama paman dan bibi?" Tanyaku.

"Tentu. Kita pernah kesana bukan?"

"Bukan seper.. Maksudku sebelum insiden itu. Apa.. Kau tau tempat itu?"
Malik tidak menjawab pertanyaanku. Lalu tak lama ia mengangguk. "Ya aku tau. Aku.. Tau tempat itu"

Hatiku semakin memanas. Mataku terasa berat. Pandanganku mulai kabur karena air mata yang terbendung.

"Berarti.. Kau tau persis.. Tanah dipinggir jalan menuju rumahku? Kau tau kebun yang tak jauh dari rumahku?" Tanyaku.

Aku mohon Malik. Aku mohon. Jangan sampai dugaanku benar. Aku mohon.

"Sebenarnya apa maksudmu bertanya hal seperti itu? Kenapa kau.."

"Tolong jawab saja" Potongku.

"Ya aku tau. Bahkan akupun tau pemilik tanah itu tapi.."

Aku melempar kertas-kertas yang aku bawa ke dada Malik. Malik terkejut dengan sikapku. Dia bingung, marah dan terkejut dengan sikap tidak sopanku.

"Tidak kusangka. Kau yang menyuruh mereka, kau!!" Amarahku meluap-luap bersamaan dengan air mata kekecewaanku.

"Apa maksudmu aku tidak.."

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang