Chapter 49

3.8K 132 5
                                    

-Penulis-

Tempat yang sepi, lampu yang redup dan bunyi burung hantu yang berada didalam kandang disamping Mona membuat keadaan semakin mencengkam untuk Mona. Malika tertunduk, wajahnya ditutupi seluruh rambut panjangnya dan ia terus tertawa meski Mona membungkam mulutnya.

"M-Malika, kau sedang apa? Jangan berisik" Gugup Mona.

Tak lama Mona merasa seperti air mengalir ditangan kanannya yang ia gunakan untuk membungkam mulut Malika.

Mona sadar bahwa tangisan Malika berubah menjadi isakan. Mona melepas bungkamannya dan memegang bahu Malika.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Mona dengan lembut.

Malika menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan tangisannya semakin jadi.

Mona dapat merasakan kesedihan Malika. Ia memeluk Malika.

"Semua akan baik-baik saja.. Semua akan baik-baik saja" Ujar Mona sembari menepuk-tepuk dengan lembut punggung Malika.

***

Mona memberikan Malika sebuah gelas plastik yang berisi susu coklat panas. Dan ia duduk dihadapan Malika dengan secangkir cappuccino didepannya.

"Apa kau punya masalah?" Tanya Mona.

"Aku tinggal berdua dengan adikku. Orang tuaku tinggal di perdesaan dan adikku sekolah disini. Aku jarang bertemu dengannya karena ia sekolah pagi hari dan aku pulang malam hari saat ia tertidur. Dan kemarin.. Kemarin aku menemukan sebuah surat dari rumah sakit yang bertulisan..." Malika menangis. "Surat itu bilang bahwa adikku.. Dia terkena kanker stadium 2. Masih ada kemungkinan ia sembuh dengan uang sebanyak 1 juta rupee... Darimana aku mendapatkan uang sebanyak itu?" Isak Malika.

"Kau menemukan surat itu dimana?"

"Aku menemukannya dikamar adikku saat aku membereskan kamarnya. Saat ia pulang dari sekolah dan aku mengambil cuti sehari.. Aku menanyakan tentang surat itu. Dia tidak mengatakan apapun.. Dia hanya menangis.. Dia bilang.. Dia bilang dia tidak ingin menyusahkanku. Dia bilang dia banyak berhutang budi kepadaku karena aku membiayai sekolahnya.. Dia.. " Tangisan Malika semakin menjadi.

Tanpa sadar Mona menitikkan air mata. Ia menggenggam tangan Malika.

"Aku akan membantumu. Gunakan saja tabunganku.. Kau boleh menggunakannya untuk operasi adikmu" Ujar Mona.

"Tidak. Aku tidak bisa melakukannya. Itu berarti aku punya hutang kepadamu.. Aku tidak mau punya hutang"

"Jangan fikirkan seperti itu. Kalau tidak biarkan saja gunakan tabunganku, kau tidak berhutang tapi aku yang memberikannya" Ujar Mona.

Malika menggeleng. "Aku akan berusaha mendapatkan uangnya. Aku bekerja di 2 tempat dalam sehari, kau jangan khawatir" Malika tersenyum mencoba untuk menenangkan Mona.

Mona tau bahwa butuh waktu lama untuk mendapatkannya. Ia tidak yakin Malika akan tepat waktu.

***

TING NONG

"Siapa itu?" Tanya Malik.

Malik menghampiri pintu dan membukanya. Ia terkejut melihat Mona berdiri didepan rumahnya dengan pakaian sedikit basah.

"Kau darimana? Basah seperti ini" Ujar Malik khawatir.

"Taksinya tidak di izinkan masuk oleh penjaga rumahmu, jadi aku berlari dari gerbang kemari hujan-hujanan" Jawab Mona.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang