-Malik-
Baru beberapa langkah, dihadapan kami sudah ada Sonia dengan senjata api ditangan kanannya.
Aku berdiri dihadapan Mona dan menatap tajam kearah Sonia.
"Kalian sudah terkepung. Tidak ada jalan keluar" ujar Sonia. "Kau Mona, kenapa kau tidak menjawab telponku? Jika kau menjawabnya, kau tidak akan ditangkap seperti ini!"
"Kau menelponku?" tanya Mona.
"Apa kau mendapat telpon dari nonor tidak dikenal? Itu adalah aku. Aku tidak mungkin menelponmu dengan nomor terdaftar" Sonia menghela nafas. "Sudahlah. Kalian masuklah kembali sebelum mereka sadar kalian sudah bebas"
"Dan kau akan membunuh kami didalam?" ketusku.
"Aku akan membantu kalian keluar" jawab Sonia.
Kami bertiga kembali masuk kedalam. Sonia berjalan menuju salah satu sudut ruangan.
"Bantu aku menyingkirkan semua kardus dan jerami ini" ujar Sonia.
Entah kenapa tapi aku mengikuti perintahnya, Mona pun sama. Didalam diriku mempercayainya meskipun ingatanku menunjukkan kenangan buruk waktu itu.
Setelah semua berhasil disingkirkan dapat terlihat sebuah pintu kayu.
"Kita masuk dari sini" ujar Sonia sembari membuka pintu itu.
Lorong bawah tanah. Itu yang terlihat secara jelas saat pintunya dibuka.
Sonia dan aku menyalakan senter dari handphone kami. Sonia masuk yang pertama, Mona kedua dan aku yang terakhir. Aku menutup pintunya supaya tidak ada yang masuk lagi selain kami.
Kami berjalan dengan hati-hati. Setiap saat kami mengecek keadaan, apakah ada yang mengikuti atau tidak.
Bruk!!
Seseorang menyerang ku dari sisi lorong yang gelap. Darimana datangnya orang ini? Kami terlibat perkelahian untuk beberapa waktu, aku menguncinya di lenganku. Lenganku mencekik lehernya dengan kuat, hingga akhirnya ia tidak sadarkan diri.
"Cepat!" ujarku sembari meletakkan orang itu di bawah.
Kami berlari secepat mungkin menuju ujung lorong ini.
DAR!!
Aku merasakan sakit di sisi kanan punggungku.
"Malik" ujar Sonia dan Mona bersamaan.
"Ayo cepat"
Kami kembali berlari secepat mungkin. Punggungku benar-benar terasa sakit dan panas seperti terbakar.
Terlihat sebuah pintu kayu, tapi kami harus menaiki beberapa anak tangga agar dapat meraihnya.
Sonia membuka pintunya dan tibalah kami disebuah pondok tua di tepi danau.
"Jalan besar tak jauh dari sini. Kita harus segera kesana" Sonia menjelaskan sembari melangkah dengan cepat bersamaku dan Mona.
Dua pria berbadan besar muncul dari balik pepohonan. Kami mencoba mengganti arah tapi.. Kami terkepung. Mereka mengelilingi kami.
"Kalian mau kemana?"
Pertanyaan itu datang bersamaan dengan menyalanya lampu besar yang menyorot kearah kami.
"Kenapa kau mengganggu Mona? Urusanmu hanya dengan ku" ujarku marah saat melihat wajah pengkhianat itu.
"Sama seperti dulu. Alasan yang sama saat aku mengganggu Sonia. Bagaimana, apa kau sudah menemukan alasan Sonia melakukan itu kepadamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boss,My Sweet Couple
RomanceSemua orang takut dengannya.. Kecuali aku. Aku hanya takut kepada Tuhan