Chapter 57

3.4K 124 0
                                    

-Malik-

Dimana mapku? Astaga aku tidak bisa menemukannya.

Aku sibuk mencari map merah milikku. Kemarin aku tidak ke kantor dan dan terakhir aku meletakkan map itu di laci mejaku tapi kenapa tidak ada?

Aku mengangkat gagang telpon ruanganku. Aku langsung menekan tombol 2 yang terhubung langsung ke meja asistenku.

"Iya pak?"

"Keruangan saya" Perintahku.

Tak lama asistenku masuk kedalam.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya.

"Apa kemarin kau melihat map merah dimeja saya?"

"Tidak pak. Dari kemarin saya tidak meletakkan map apapun dimeja bapak" Jawabnya dengan yakin.

"Apa ada yang masuk keruangan ini?"

Cukup lama tidak ada jawaban. "Ah iya saya ingat. Kemarin pak Adli datang. Beliau bilang hendak mengambil sesuatu"

Mengambil sesuatu? Apa ada barangnya diruanganku? Apa yang dia ambil?

"Kau boleh pergi" Ujarku.

Aku melepas kancing atas kemejaku dan mengendurkan ikatan dasi yang ku pakai.

Aku duduk dikursi dan menghubungi pak Adli menggunakan ponselku.

Berkali-kali aku menelpon pak Adli. Hingga akhirnya telponku diangkat olehnya.

"Pak Adli?" Tanyaku. Sebenarnya tidak perlu kutanya saja sudah pasti yang jawab telponku adalah pak Adli. Tapi.. Bagaimana jika orang lain yang mengangkat? Supir atau anaknya mungkin.

"Iya.. Saya" Jawab pak Adli.

"Saya dengar bapak kemarin keruangan saya. Ada apa pak?"

"Saya mencari pulpen saya. Saya fikir tertinggal disana tapi saat saya mencarinya tidak ada" Jawab pak Adli.

Sejak kapan pak Adli membawa pulpen kemana-mana? Aku tidak pernah melihat pak Adli mengantungi pulpen.

"Baiklah. Tapi apa bapak melihat map merah milik saya saat bapak keruangan saya?" Tanyaku.

"Hmm tidak tuan. Meja itu kosong"

"Baiklah. Maaf sudah mengganggu" Aku mengakhiri panggilannya.

Dimana map itu berada? Itu map yang berisi laporan keuangan sekitar 2-4 tahun yang lalu. Disana berisi tanah yang kubeli. Peralatan, persediaan, semuanya. Astaga dimana map itu? Apa mungkin aku salah meletakkannya? Apa ada dirumah? Akan kucari nanti.

***

3 minggu berlalu. Sekarang adalah hari H dimana aku bertunangan dengan Mona.

Acaranya akan dimulai saat Mona siap. Seperti yang dibicarakan kemarin-kemarin. Yang hadir hanya kerabat terdekat. Bahkan teman-teman Mona di tempat kerja datang semua. Keluargaku juga datang semua kecuali Rohan. Bahkan ibunya ada disini tapi ia entah kemana.

Rumah Mona dihias dengan seindah mungkin. Tembok rumah Mona berwarna putih, dipadukan dengan rangkaian bunga berwarna merah muda. Bahkan disudut ruangan terdapat vas tinggi dengan bunga mawar merah. Benar-benar terlihat romantis dan elegant.

Aku dengan pakaian serba putih dihiasi pernak pernik mengkilap dibajuku, berdiri disamping kak Rani dengan perasaan gugup. Perasaan seperti ini benar-benar menyiksa.

"Kau gugup? Itu wajar. Dulu aku juga begitu" Ujar kak Rani.

Belum sempat aku menjawab perkataan kak Rani, 3 orang wanita keluar dari sebuah kamar. Bibinya Mona, Malla dan.. Mona sendiri.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang