Chapter 33

4.5K 175 1
                                    

-Penulis-

Malik terkejut melihat manajer yang tadi bersamanya dengan remot kontrol ditangan kanannya dan sebagian tubuh kirinya tertimpa reruntuhan.

"Kau melakukan semua ini?" tanya Malik dengan bingung, marah, sedih dan kecewa. "Kau mencoba mengakhiri hidupku?"

Manajer itu mengeluarkan keringat dingin akibat menahan rasa sakit di separuh tubuhnya.

"Jika berkhianat satu-satunya cara agar keluarga saya selamat maka.. Hanya itu yang bisa sa-saya lakukan" ujar manajer terbata-bata.

"Menyelamatkan keluarga? Apa maksudmu?" tanya Malik.

"Sebuah ancaman.. Yang akan membahayakan seluruh keluarga saya"

"Jika memang keadaannya seperti itu kau bisa meminta bantuanku. Tapi.. Kau malah mencoba membunuhku?" tanya Malik dengan geram.

"Meminta bantuan.. Dari anda hanya menambah penderitaan anda.. Dan.. M-membahayakan nyawa semua orang" jawab manajer itu.

"Katakan apa yang kau dapatkan dari semua ini? Kau mencoba membunuhku tapi lihat siapa yang berdiri dihadapanmu sekarang ini! Dan lihat siapa yang menerima perbuatannya?!" amarah Malik mulai meningkat.

Manajer tersenyum. "A-anda benar. Dan saya s-sangat bersyukur.. Anda selamat"

Malik merasa bingung dengan perkataan manajernya. "Jika memang dia ingin mengakhiri hidupku kenapa dia berkata seperti itu? Ia bersyukur karna aku selamat"

"A-anda orang baik pa-k. Anda mementingkan kesejahteraan karyawan dikantor dan sangat menyayangi keluarga anda tapi.. Rasa sayang anda ke keluarga anda.. Sama seperti rasa sayang saya ke keluarga saya.. Saya tidak punya pilihan" manajer itu mulai meneteskan air matanya. "Saya memiliki 3 orang anak. Mereka akan menempuh jalan yang sulit jika.. Jika saya tidak melakukannya"

"Apa kau fikir mereka akan menempuh jalan dengan mudah? Polisi akan datang dan menemukan sidik jarimu di remote itu. Anak-anakmu akan berjalan sambil menunduk menanggung kesalahanmu" ujar Malik.

"Itulah alasan.. Aku membuat surat ini" manajer mengeluarkan surat yang ia letakkan dibawah remote yang ia pegang.

"Anak kedua perempuan saya.. Akan menikah 3 hari lagi.. Tolong berikan ini kepadanya.." ujar manajer sembari menangis dan memohon.

Air mata Malik terbendung, tapi ia tidak mengambil suratnya.

"Hanya ini.. Yang bisa saya lakukan untuk anak saya.. Dia akan menikah tanpa ayahnya tapi.. Setidaknya dia akan mengetahui kebenarannya.. Dia akan hidup dengan bahagia tanpa menyalahkan orang-orang disekitarnya" ujar manajer sembari menangis.

Malik memutuskan untuk memaafkan manajer dan membantunya keluar. "Kau akan mengantarkan suratnya sendiri" ia mulai mencari sesuatu untuk menyingkirkan reruntuhan besar itu dari tubuh manajer.

Segala cara sudah dilakukan. Menggunakan kayu, besi bahkan menggunakan tangan Malik sendiri hingga tangan Malik penuh dengan goresan dan darah. Tapi tetap saja reruntuhan itu tidak dapat disingkirkan.

Malik duduk disamping manajer dengan keringat yang bercucuran dan membasahi kemeja kotornya.

Manajer memegang tangan kanan Malik. Malik menoleh dan menatap kearah manajer.

"Dewa berkata bahwa ia akan menghukum.. Orang yang menyakiti orang baik.. Anda orang baik.. Dan saya menyakiti anda.. Inilah hukuman saya.." ujar manajer sembari tersenyum. "Jika saya bertemu dewa.. Saya akan memohon kepadanya agar saya kembali.. Dipertemukan dengan anda dimasa depan.. Dan saya akan menjadi pelayan anda yang setia.."

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang