Chapter 26

5.8K 195 0
                                    

-Malik-

Aku memegang tangan kanan Mona. Rohan dan Mona menatapku.

"Biar aku yang mengantarnya" ujarku.

Aku menarik Mona kesampingku. Rohan melepaskan genggamannya.

"Kau yang mengantar Mona ke kantor? Aku sangat berterima kasih. Tapi biarkan aku yang mengantarnya" ujarku.

Rohan mengangguk. "Baiklah" jawabnya.

"Besok aku akan kerumahmu untuk bertemu bibi. Kau hati-hati dijalan" ujarku.

Rohan mengangguk sembari tersenyum. Mobilku tiba dan terparkir didepan mobil Rohan.

Aku menggenggam tangan Mona dan membawanya ke mobilku. Aku membukakan pintu mobil depan dan Mona duduk didalam.

"Astaga beruntungnya Mona"

Aku menoleh kearah sumber suara. Perkataan itu berasal dari teman-teman Mona. Aku tersenyum kearah Mereka dan masuk ke dalam mobil. Untuk hari ini aku yang membawa mobil.

Setengah perjalanan kami saling bungkam. Tidak ada satupun yang angkat bicara.

"Tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Mona.

Baiklah. Aku harus menjelaskannya kepada Mona.

Aku menepikan mobil dan mencoba mengatur nafas dan kata-kata.

"Begini. Cincin yang kau pakai adalah cincin nenekku. Nenekku meminta agar aku cepat menikah tapi.. Aku membuat alasan untuk menghentikan ocehannya"

"Alasan yang berkaitan dengan cincin ini? Apa?" tanya Mona.

Aku menoleh kearah Mona dan dari ekspresinya.. Sepertinya ia siap meledak.

"Aku bilang.. Aku akan menikahi wanita yang pas memakai cincin itu, tidak kebesaran maupun kekecilan"

Mona sangat terkejut mendengarnya. "APA?! Dan anda.. Anda memakaikannya kepada saya? Kenapa anda bermain-main dengan pernikahan?!" amarah Mona meledak.

"Aku.." bagaimana ini.. Aku kehabisan kata-kata. "Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku berfikir sempit. Dikantung jas ku ada cincin itu. Lalu aku melihatmu di sekitarku ya.. Ya sudah satu-satunya cara menghindar dari Sonia.. Ya itu"

"Ya tuhan.. Tidak dapat dipercaya" ujar Mona.

"Lagipula.. Kenapa kau masih memakai cincin itu?"

"Saya lupa melepaskannya dan melihat anda seperti itu sekalian saja saya gunakan cincin ini untuk membantu anda" jawab Mona.

"Bukankah kemarin kau bilang tidak bisa membantu?"

Mona tidak menjawab pertanyaanku.

"Kau tidak menjawab pertanyaanku?" tanyaku lagi.

"Kepala saya ingin meledak rasanya. Tolong segera antar saya pulang" jawab Mona tanpa menatap mataku.

Aku melajukan mobilku tapi bukan ke rumah Mona melainkan kerumahku.

"Kenapa kita kesini?" tanya Mona terkejut.

"Kita masuk dulu. Dan dengarkan apa yang akan kita dengar, setelah itu kita abaikan" jawabku.

Aku dan Mona turun dari mobil dan pergi menuju kedalam rumahku.

Semua orang sudah berkumpul di ruang tamu. Aku masuk dan duduk disamping nenek.

Aku menoleh kearah Mona, ia berdiri sembari mengeluarkan ekspresi terkejut melihat kakak, paman dan bibinya yang berada dirumahku.

"Kenapa.." ujar Mona sembari menatap dan duduk disamping kakaknya.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang