Chapter 14

8.2K 285 2
                                    

-Malik-

Aku pergi begitu saja dari rumah Mona karena aku harus bekerja. Tapi.. Ada satu hal yang mengganggu fikiranku. Apa Mona baik-baik saja? Apa keluarganya bisa menerima alasannya menghilang selama beberapa hari? Masalahnya aku mengirimi keluarga pesan kalau Mona lembur selama beberapa hari sebelum insiden Mona diculik.

Aku memutar balikkan mobilku dan kembali kerumah Mona.

Setibanya disana aku melihat wanita dan pria separuh baya dengan wajah khawatir dan menangis di hadapan Mona.

Tiba-tiba aku melihat seorang wanita muda keluar dari rumah dengan ekspresi marah. Aku rasa akan terjadi bencana disana. Aku harus menghampiri mereka dan menjelaskan semuanya.

Aku turun dari mobil dan berjalan mendekati mereka. Terdengar suara wanita itu yang membentak Mona.

".... Kau fikir aku tidak tau kalau kau kesana?!" bentak wanita tersebut.

"Memang benar dia kesana" ujarku setelah memijakkan kakiku di teras rumah Mona.

Mona membalikkan tubuhnya dan terkejut melihatku.

Aku berjalan mendekat dan berdiri dihadapan wanita yang memarahi Mona sejak tadi.

"Saya yang bertanggung jawab atas semua kesalahan ini.. Saya minta maaf" ujarku.

Tiba-tiba sebuah tamparan kencang mendarat diwajahku. Terasa perih tapi.. Itu sepadan dengan kelakuanku yang membuat mereka khawatir.

"Kakak!" suara Mona. "Apa yang kakak lakukan?" Mona berdiri di depanku seperti menghalangiku dipukul oleh wanita yang memarahinya.

"Bukankah dia pantas mendapatkannya? Dia hampir membunuhmu. Dia membawamu kesana dan.."

"Bukan dia yang membawaku kesana. Tapi aku pergi seorang diri" jawab Mona memotong perkataan kakaknya. "Dia memintaku untuk diam di mobil tapi aku yang pergi. Aku yang salah jadi.. Tolong jangan sakiti dia"

Aku menatap Mona dari belakang. Mona memohon demi diriku. Dia terdengar sangat tulus.

"Mona!" bentak kakaknya.

"Aku mohon kak.. Aku tidak pernah meminta apapun darimu. Aku tidak pernah memohon kepada orang tapi kali ini aku mohon.. Jangan sakiti dia. Dia gak salah"

Dengan ekspresi kesal kakak Mona masuk kedalam.

"Malla.." wanita separuh baya itu masuk kedalam rumah mengejar kakaknya.

"Tuan mari masuk terlebih dahulu" ajak pria separuh baya yang berdiri disamping Mona.

"Tidak. Saya harus kembali bekerja" jawabku.

Mona membalikkan tubuhnya dan menatapku. "Hati-hati dijalan" ujarnya sembari mundur beberapa langkah menjauh dariku.

Akupun ikut mundur beberapa langkah dan kembali ke mobilku. Aku masuk kedalam mobil dan melihat Mona yang menutup pintu perlahan sembari menatapku. Seiring dengan pintunya yang menutup, dia hilang dari pandanganku.

Aku kembali ke kantor. Dengan kemeja putih, rompi berwarana biru dongker dan celana bahan hitam, aku berjalan menuju ruanganku.

"Apa ada telpon dari rumah sakit?" tanyaku kepada sekretarisku.

"Tidak ada pak" jawabnya.

"Yasudah" jawabku.

Aku masuk kedalam ruanganku dan mulai melihat berkas-berkas diatas mejaku. Tiba-tiba terlintas di dalam fikiranku saat kakaknya Mona menamparku.

Biasanya aku akan marah besar jika ada orang asing memperlakukanku semena-mena seperti itu tapi.. Kenapa aku diam saja? Kenapa aku tidak marah sama sekali? Bahkan aku merasa bahwa aku pantas mendapatkannya.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang