-Malik-
Aku pergi rooftop untuk menenangkan fikiranku sejenak. Aku merasa terbebani akhir-akhir ini dan.. Aku membuat semua orang dalam kesulitan terlebih Mona.
Aku menatap bunga mawar yang kuncup. Kenapa ada tanaman mawar disini? Seingatku, aku tidak pernah menanam sesuatu di rooftop ini. Apa mungkin kerjaan pak Adli atau para pegawai?
Ya sudahlah biarkan. Semoga bunga mawar ini mewakili diriku. Jadi dengan semua kesulitan ini, lama-kelamaan aku akan mekar dan indah seperti bunga mawar. Aku melihat kesekeliling dan merasakan angin sejuk yang menerpa tubuhku.
Brukk
Tempat pembuangan sampah yang tak jauh dariku terjatuh. Aku menghampiri tempat sampah itu untuk melihat yang terjadi. Dan tiba-tiba saja aku merasa sesuatu lewat tepat di depan mataku.
Reflex aku segera menunduk. Dari jauh bisa kulihat benda yang tadi melewatiku. Sebuah peluru. Peluru itu tersangkut di kayu yang ada disini.
Aku merangkak dan mencoba untuk menghindar dari masalah. Entah senjata apa yang ia gunakan tapi.. Itu pasti senjata kedap suara. Saat aku sudah sedikit jauh dari tempat sampah, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki.
Aku menoleh kebelakang dan melihat Mona mendekati tempat sampah yang tertembak itu.
"Awas!!" reflex ku mendorongnya kesamping dan dalam sekejap aku merasakan panas disekujur tubuhku. Tanganku mengeluarkan banyak darah segar.
Ya tuhan... Tanganku terasa terbakar. Aku menyandarkan diriku ditembok sembari memegang lukaku.
"Pak Malik.." panggil Mona dengan khawatir.
"Senapan panas.. Senjata paling ampuh membunuh lawan dengan segera. Jangan pergi.. Hubungi pak Adli.. Tetap disini" ujarku sembari menahan sakit dan rasa panas disekujur tubuhku, terlebih tanganku.
"Kenapa darah yang keluar begitu banyak?" tanya Mona sembari mencoba menghubungi seseorang dengan handphonenya.
"Entahlah.. Hanya dokter yang tau" aku sudah tidak kuat menahannya, hingga akhirnya pandanganku kabur.
"Pak.. Pak Malik. Pak sadarlah" panggil Mona dengan panik.
Aku merasa mengantuk. Tubuhku sudah tidak kuat menahan sakitnya. Dan akhirnya.. Hanya gelap yang ku ingat.
***
Secara mendadak aku tersadar disebuah gedung tua. Dimana ini? Aku melihat tanganku terlilit perban. Apa orang yang menembakku membawaku kemari? Berarti Mona dalam bahaya.
"Mona!!" teriakku. Aku berjalan ke semua tempat. Setiap ruangan aku masuki tapi Mona tak ada dimana-mana. Aku yang telah mencari di lantai 3 turun kelantai 2.
Langkahku terhenti saat mendengar suara kaca pecah. Mungkin itu Mona. Saat aku melangkah menuju tempat itu.. Aku merasa tempatnya cukup familiar bagiku.
Aku mengintip di jendela. Tak ada Mona disana. Aku hanya melihat tiga orang berdiri dengan saling mendongkan senjata mereka. Pria muda dengan setelan jas berwarna hitam menodongkan senjatanya kepada wanita berkemeja merah, dan wanita berkemeja merah menodongkan senjatanya kearah pria paruh baya yang sedang mengangkat kedua tangannya.
"Turunkan senjata itu sekarang juga!" perintah pria yang muda yang membelakangiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boss,My Sweet Couple
RomanceSemua orang takut dengannya.. Kecuali aku. Aku hanya takut kepada Tuhan