Chapter 51

3.8K 141 8
                                    

-Malik-
Selesai bertemu investor dengan pak Adli aku kembali ke ruanganku dan melihat sebuah surat tergeletak dengan amplop yang sudah sobek disampingnya diatas mejaku.

T

eruslah mencoba untuk kabur tapi aku tidak akan menyerah. Jika kau tidak mengikuti yang ku inginkan maka akan kuhancurkan orang yang dekat denganmu.

Surat itu tanpa pengirim. Entah kenapa yang ada difikiranku adalah Mona saat ini.

Aku berjalan menuju ruangan Mona dan tak melihatnya ada disana. Hanya ada tasnya saja. Kemana dia?

"Selamat malam pak Malik"

Aku menoleh kebelakang dan melihat Sofia.

"Kau belum pulang? Dimana Mona?" Tanyaku.

"Ada yang tertinggal. Mona sedang memfotocopy sesuatu diluar"

"Kenapa diluar? Fotocopy disini masih aktif" Ujarku.

"Tapi.. Aku dengar mesin fotocopy nya rusak"

Aku semakin panik mendengarnya. Bagaimana jika bahayanya ada diluar? Dengan segera aku berlari ke arah lift dan segera keluar mall untuk mencari Mona.

Aku melihat Mona disebrang jalan. Syukurlah sejauh ini dia baik-baik saja. Lampu penyebrangan berubah menjadi warna hijau. Sebuah mobil dengan kencang melaju mendekati Mona.

"Mona!!" Teriakku. Aku berlari mendekatinya tapi.. Seseorang mendahuluiku dan mendorong Mona dengan kencang.

"Rohan!!!" Teriakku saat melihat orang yang menyelamatkan Mona, yang tak lain Rohan tertabrak mobil dengan sangat kencang hingga ia terpental kebelakang mobil.

Mobil itu pergi meninggalkan Rohan yang terluka parah. Aku berlari menghampirinya.

"Rohan" Ujarku sembari melihat keadaan Rohan yang sudah penuh darah. Kaus putihnya kini separuhnya berwarna merah.

"Saya sudah menghubungi ambulan" Ujar salah satu warga yang berkerumun diantara aku dan Rohan.

"Polisi akan tiba" Ujar warga lainnya.

"Rohan bertahanlah" Ujarku.

Darah keluar dari pelipis Rohan dan hidungnya.

"Ya tuhan!!"

Aku menoleh kesumber suara dan melihat Mona yang terkejut melihat Rohan. Aku ingin bertanya tentang keadaan Mona tapi ambulan datang dengan cepat.

Para petugas ambulan segera memindahkan Rohan keatas tempat tidur dan memasukkannya kedalam ambulan. Aku dan Mona ikut masuk kedalam ambulan.

***

Tiba dirumah sakit Rohan segera masuk UGD. Kami diminta menunggu di ruang tunggu.

Jantungku berdegup kencang. Kuharap Rohan tidak apa-apa. Lalu aku menoleh kearah Mona yang terduduk diam dikursi. Aku berlutut dihadapannya dan melihat keadaannya. Lutunya mengeluarkan darah, sikutnya pun sama.

"Sepertinya Rohan mendorongmu terlalu kencang. Aku akan memanggil dokter"

Mona menahanku saat aku bangkit untuk memanggil dokter.

"Malik.. Apakah Rohan.. Baik-baik saja?" Tangan Mona sedingin es. Dia pasti ketakutan.

Aku menggenggam tangannya dan duduk disampingnya. Aku membuatnya menatapku. Matanya memerah menahan air mata.

"Rohan akan baik-baik saja" Aku mencoba menenangkannya meskipun aku sendiri tidak yakin setelah melihat luka-luka itu.

Tapi kenapa Rohan ada disana? Apa mungkin Rohan yang membaca suratku? Bagaimana ia tahu bahwa Mona ada diluar? Dan.. Kenapa bukannya memberitahuku, dia malah pergi sendiri?

Aku mengingat semua perhatian yang Rohan berikan kepada Mona. Rohan sangat memperdulikan Mona bahkan ia tidak membiarkan Mona sendiri.

Mungkinkah Rohan... Mungkinkah itu?

***

Seminggu berlalu. Rohan sudah lebih baik. Bahkan sekarang ia bisa dibesuk. Jujur saja selama seminggu ini semua pertanyaan memenuhi otakku.

Aku, ibu dan bibi berada dikamar Rohan. Rohan sedang memakan sarapannya yang diberikan oleh rumah sakit.

"Pagi" Mona masuk dengan sebuket bunga lily.

"Ohh Mona kau datang?" Sapa ramah bibiku.

"Saya dengar dari Malik bahwa Rohan semakin membaik"

"Rohan semakin membaik. Syukurlah dia anak yang kuat" Jawab bibi. "Apa itu untuk Rohan?" Bibi menanyakan bunga yang Mona bawa.

"Ahh iya. Saya membelinya saat lewat" Jawab Mona.

Sembari duduk disofa aku melihat ekspresi Rohan yang sangat bahagia atas bunga yang Mona berikan. Senyuman lebar keluar dari wajah Rohan.

"Kau memiliki calon menantu yang sangat baik" Ujar bibi ke ibu.

Dan.. Ekspresi Rohan berubah dengan cepat. Senyuman lebar berubah menjadi senyuman tipis.

Aku tidak bisa begini terus. Aku harus menanyakannya.

"Mona apa kau sudah sarapan? Mari sarapan bersama" Ajak bibi.

"Kami akan pergi sarapan" Ujar ibu.

"Saya sudah..."

"Ayo" Bibi langsung membawa Mona keluar.

"Kau tidak sarapan?" Tanya ibu kepadaku.

"Akan kususul" Jawabku.

Mereka semua pergi hingga meninggalkan aku dan Rohan saja. Aku bangkit dan menghampiri Rohan.

"Kita perlu bicara" Ujarku.

"Kita sedang berbicara" Jawab Rohan.

"Apakah kau menyukai Mona?"

Aku harap Rohan akan menjawab tidak.

TBC

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang