Chapter 41

4.8K 174 9
                                    

-Malik-

Mona keluar dengan kesal. Akhirnya.. Aku dapat bernafas lega.

Apa yang telah aku katakan? Aku tidak suka ia bersama Rohan? Memang benar aku tidak menyukainya tapi kenapa aku mengatakannya? Apa aku sudah gila? Untung saja aku menemukan alasan yang bagus untuk menghindari kesalahpahaman.

Tapi.. Kenapa perkataan itu langsung keluar dari mulutku? Tapi jika di pikir-pikir, aku sangat marah ketika Rohan bersamanya. Apa mungkin semua ini hanya kesalahpahaman antara aku.. Dan perasaanku sendiri? Apa benar aku tidak menyukainya karena statusnya sebagai kekasihku atau.. Karena aku menganggap status palsu itu.. Sebagai kenyataan?

***

Setelah memikirkan semua itu aku kembali bekerja, ponselku berdering dan saat kulihat pesan dari ibu.

Bisa kita bertemu? Ibu harus ngomong serius denganmu.
From: Ibu

Aku menelpon ibu, dan ibu mengangkatnya.

"Hallo ibu, apa ada sesuatu?" tanyaku.

"Apa kau lupa hari ini hari apa?" tanya ibu.

"Bagaimana aku bisa lupa? Rencananya pukul 3 sore nanti aku kesana" jawabku.

"Kita pergi bersama. Ibu akan kesana bersamamu"

"Ya tentu" jawabku.

Kami mengakhiri telponnya. Aku terdiam sejenak sembari menatap handphoneku. Foto terakhirku.. Dengan ayah. Foto ini diambil saat kami pergi memancing. Ayah, aku, ibu, kak Rani dan kakak ipar.. Kami sangat bahagia.

Setiap detik tidak ada satu haripun aku melupakan ayah. Tidak sedetikpun aku tidak merindukannya dan.. Tidak sedetikpun aku tidak menyesali kejadian itu.

***

Tepat pukul 3 sore aku tiba di tempat pemakaman ayah. Dengan sebuket bunga lily kesukaan ayah.

Aku turun dari mobil dan menghampiri ibu yang sedang berdiri dengan seseorang.

"Ibu" panggilku.

Ibu dan orang disampingnya menoleh yang tidak lain adalah Mona. Aku terkejut bukan main melihatnya ada disini.

"Tadi ibu bertemu Mona di lift, kami berbincang dan sekalian ibu bawa kemari untuk diperkenalkan dengan ayahmu" ujar ibu.

"Ya sudah. Mari" ajakku.

Kami bertiga berjalan menuju makam ayah.

***

Kami tiba dimakam ayah. Aku meletakkan buketnya diatas makam ayah. Kami bertiga berdiri didepannya.

"Sayang.. Kau tau bahwa anak kita semakin dewasa sekarang? Ia sudah bisa membuka hatinya kembali. Hatinya yang terluka.. Sudah membaik" ujar ibu.

Aku menoleh kearah ibu, ternyata air mata keluar dari matanya. Aku terkejut melihat ibu meneteskan air mata.

Ibu mendekat kearah batu nisan ayah dan duduk disampingnya.

"Kalian bisa tinggalkan ibu sendiri? Ibu akan pulang dengan supir nanti" pinta ibu.

Aku ingin menolaknya tapi.. Aku rasa ibu ingin mengungkapkan seluruh perasaannya sekarang ini.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang