Chapter 3

15.3K 526 1
                                    

-Penulis-

Mona dan Malla pergi kesuatu tempat yang Mona sendiri tidak tau. Mona ingin mengambil beberapa snack yang ada di tas yang Malla siapkan sebelumnya saat mereka kabur.

Di dalam itu ada pakaian Mona. Tidak banyak hanya 5 pasang pakaian beserta sari berwarna merah yang indah pemberian ibu Mona.

"Kau mencari apa?" tanya Malla.

"Aku lapar tapi.. " perkataan Mona terputus karena terpaan angin yang kencang. "Kenapa angin hari ini kencang sekali" keluh Mona yang duduk di pinggir kaca bis yang terbuka.

Selendang merah milik Mona mengikuti arah angin dan terbang keluar kaca dan terbentang di kaca mobil seseorang.

"Selendangku" ujar Mona. "Aku akan mengambilnya. Kakak tunggu disini" ujar Mona.

"Mona.." panggil Malla. Malla mencoba menghentikannya turun supaya ia saja yang mengambilnya tapi.. Siapa yang bisa menghentikan Mona?

Mona turun dari mobil berbarengan dengan keluarnya pria berkarisma berpakaian setelan coklat dari dalam mobilnya.

"Permisi" ujar Mona.

Pria berkarisma bernama Malik membalikkan tubuhnya dan menatap Mona sembari memegang selendang Mona.

"Ya?" jawab Malik.

"Itu milikku" jawab Mona sembari menunjuk selendang merah yang Malik pegang.

Malik menyerahkannya begitu saja setelah melihat Mona dengan seksama.

"Terima kasih" ujar Mona. Saat Mona hendak pergi perkataan Malik menghentikannya.

"Lain kali jangan sampai selendangmu terbang seperti itu. Mengganggu pandangan orang" Ujar Malik.

"Maaf?" Mona mencoba memperjelas apa yang ia dengar. Ia khawatir ia salah dengar tentang apa yang pria itu katakan.

"Seperti yang kau dengar" jawab Malik.

"Apa kau fikir aku sengaja melakukannya? Angin begitu kencang tadi,apa kau tidak merasakannya?"

"Mana mungkin aku merasakannya. Aku didalam mobil" jawab Malik dengan sedikit ketus.

"Kalau begitu naiklah bis lain kali dan rasakan angin malam yang cukup kencang" ketus Mona sembari berlalu pergi.

"Kau ini..." belum selesai Malik menyelesaikan perkataannya Mona kembali masuk kedalam bis dan duduk disamping Malla.

"Ada masalah apa kau dengannya?" tanya Malla.

"Pemarah. Begitu saja dia merasa terganggu. Aku rasa dia tidak pernah tersenyum. Lihat saja wajahnya yang menyeramkan" gerutu Mona.

Malla hanya tersenyum mendengarnya.

"Menurutku dia tampan" ujar Malla.

Mona menoleh kearah Malla. "Tampan saja tidak cukup. Sikap yang baik. Itu yang dilihat dari seorang pria sejati"

"Baiklah baiklah" ujar Malla.

Mona memasukkan selendangnya kedalam tas. Malla menatap Mona sembari tersenyum.

"Aku berterima kasih kepada pria itu karena mampu membuat Mona melupakan luka yang ia terima kemarin. Aku sangat bersyukur" batin Malla.

Bis kembali jalan karena kemacetan yang sudah terurai. Tak lama Malla dan Mona turun di sebuah halte bis. Mona dan Malla masuk kedalam perumahan yang tidak jauh dari halte bis tersebut.

Malla mengetuk pintu salah satu rumah. Rumah yang cukup besar.

Pemilik rumah membuka pintu.

"Malla? Astaga ini.. Sudah malam. Kenapa kau tidak hubungi paman?" tanya pemilik rumah itu. Istri pemilik rumah yang berdiri dibelakang suaminya menatap Mona.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang