Chapter 32

4.7K 161 1
                                    

-Malik-

Di dalam lift aku tidak bisa menahan senyumku. Aku merasa seperti anak berumur 7 tahun yang mendapatkan hadiah yang ia inginkan. Aku begitu bahagia. Bahkan beberapa kali aku sempat tertawa kecil dengan perasaan malu.

Pintu lift terbuka dan aku sudah di basement. Aku berjalan menuju mobil BMWku.

Aku menyalakan mesin mobil dan menjalankannya menuju proyek mall cabangku di wilayah Delhi. Perjalanan yang tidak pernah aku sukai, karna itu memakan waktu dan cukup melelahkan. Tapi.. Seolah baru selesai di charge, aku begitu bersemangat.

***

Dalam beberapa jam akhirnya aku tiba di tempat tujuanku. Jalan begitu macet hingga aku harus menunggu sangat lama.

Mall cabang hampir selesai. Mereka hanya tinggal menyempurnakan saja. Setidaknya itu yang kulihat.

"Pak Malik"

Sapa manajer yang aku beritanggung jawab untuk menyelesaikan proyek ini dengan cepat dan tepat.

"Bagaimana perkembangannya?" tanyaku.

"Sekitar satu atau dua bulan lagi kami selesai pak" jawab manajer itu.

"Saya akan lihat lebih dekat" ujarku sembari berjalan dengan kacamata hitam mahal milikku. Cuaca hari ini sangat terang. Cukup sulit melihat tanpa menyipitkan mata karna cahayanya. Maka dari itu aku memakai kacamata.

Aku tiba di lantai 5 mall. Lantai untuk pegawai. Aku teringat akan kata-kata ayahku.

"Menjadi orang hebat itu sulit, butuh kerja keras dan pengorbanan. Disaat kamu sudah banyak berkorban maka jangan berhenti. Karna jika kamu berhenti.. Itu sama saja kamu menyia-nyiakan pengorbananmu"

Itu adalah kata-kata yang paling aku ingat dari ayah. Jika ayah bisa melihatku darisana, aku harap ayah bahagia. Aku sudah sangat berkorban demi melanjutkan hidup menjadi orang hebat. Bahkan ayahpun mengorbankan diri ayah demiku.

Aku tidak pernah bisa melupakan kejadian itu. Kejadian dimana ayah mengorbankan jantung ayah dan mengizinkannya untuk berhenti.

"Lanjutkan hidupmu tanpa rasa dendam.. Karna ini bukan.."

Itu kata-kata terakhir ayah saat aku dan beberapa suster membawa ayah keruangan UGD. Dan dimana saat kalimat itu belum selesai.. Ayah menghembuskan nafas terakhir.

"Pak, mari kita turun" ujar manajer.

"Mari" sahutku.

Daarrr

Terdengar seperti suara ledakan yang cukup kencang. Seketika gedung ini bergoyang. Kenapa ini?

Aku dan manajer yang panik segera turun kebawah melewati tangga. Terlihat semua orang berusaha menjauh dari gedung dan berlari sekencang-kencangnya.

Saat aku tiba dilantai dua.. Semua orang terjatuh bersama tembok-tembok yang runtuh. Dan..

***

-Mona-

Pukul 7 sore. Mataku terasa pegal terus menatap layar komputer. Aku merenggangkan tubuhku sejenak.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang