Chapter 66

3.5K 140 3
                                    

-Malik-

"Tidak cukupkah kau membuat keributan kemarin?"

Aku menoleh dan melihat sosok Rohan duduk disampingku. Sedang apa dia disini? Aku mengabaikannya dan kembali meminum minumanku.

"Kau mengabaikan ku?"

"Pergilah jika kau hanya ingin mengganggu ku" jawabku.

"Kau membuat keributan saat terakhir disini. Melihatmu kembali meminum alkohol seperti itu.. Apa kau akan mengulangi hal yang sama?"

Aku menoleh kearahnya. "Kau lebih muda dariku. Sebelumnya kau selalu memanggilku dengan sopan. Apa kau tidak akan melakukannya sekarang?"

"Mau bagaimana lagi, orang yang selama ini aku panggil kakak sudah berubah. Kau lebih senang meninggalkan keluargamu dirumah, sedangkan orang yang ku kenal tidak akan pernah meninggalkan keluarganya sesulit apapun itu" Rohan mengambil gelasku dan meneguk isinya.

Aku merebut gelasku darinya. "Pulanglah jika tidak ada hal penting" aku kembali menuangkan wine ku dan meminumnya kembali.

"Kenapa kau tidak menemuinya jika kau begitu menderita? Bahkan aku sudah memberikan alamatnya kepadamu"

Aku meletakkan gelasku dan menatapnya. "Kau tidak tau apapun"

"Kau terlalu takut bukan? Kau takut kalau kau akan kembali terluka. Makanya bukan mendatangi Mona, kau malah meminta bantuan dari Malla"

"Kau tidak tau apapun"

"Bagaimana jika kukatakan, aku tau semua?"

Pertanyaan Rohan cukup membuatku tak bergeming.

"Aku tau alasan mu tidak menemuinya. Dan alasan ia kembali saat kau menghubunginya"

Aku menoleh dengan bingung kearah Rohan. "Menghubunginya? Kapan? Kemarin? Itukah yang kau maksud saat aku membuat keributan kemarin?"

"Keributan yang kumaksud adalah saat kau mabuk dan sepasang kekasih bertengkar didekatmu, kau memukul sang pria habis-habisan. Apa kau tau aku mengeluarkan banyak uang untuk bisa menjauhkanmu dari masalah? Bahkan aku harus membayar seluruh biaya rumah sakit pria itu"

Berarti Rohan yang kemarin membawaku ke apartemen? Tapi kenapa resepsionis itu bilang wanita? Haruskah kutanyakan kepada Rohan? Karena kemarin ia bersamaku.

"Kau yang membawaku ke apartemen?" tanyaku kepadanya.

"Aku sudah sibuk membersihkan hasil dari perbuatanmu. Untuk apa aku menyusahkan diri dengan mengantarmu ke apartemen?" dia menuangkan wine ke gelasku dan meminumnya.

"Kau ini, beli sendiri!" kesalku karena ia terus meminum minumanku. "Lalu siapa yang mengantar ku?"

"Wanita manis yang ada di panggilan cepatmu"

Wanita bartender kemarin memotong pembicaraanku dengan Rohan. Ia berdiri dihadapan kami sembari memberikan satu botol wine lainnya dengan sebuah gelas.

"Panggilan ce.." aku rasa, aku tau siapa itu.

"Iya. Wanita manis dengan pakaian hitam dan dupatta merah. Aku mengambil handphone mu yang terjatuh karena perkelahian itu. Pria ini merelai kalian" ujarnya sembari menunjuk kearah Rohan. "Dan aku menelpon seseorang untuk membantumu pulang, karena jam kerjaku belum selesai. Aku tidak tau pin handphone mu, dan aku melakukan panggilan darurat dengan menekan nomor 1. Tak lama saat pria itu membuatmu berbaring diatas sofa, wanita itu datang dengan panik dan khawatir. Bahkan ia memakai sandal, bukan sepatu"

Mungkinkah? Ia datang ketika mendengar keadaanku yang tidak baik? Bahkan ia datang dengan khawatir. Mungkinkah itu?

Aku menoleh kearah Rohan. Dia tidak menghiraukanku. Ia meminum wine yang tadi disuguhkan dengan ekspresi sedikit kesal tapi dia mencoba menghilangkan rasa kesalnya itu dengan banyak minum.

***

Aku kembali ke apartemen dan meninggalkan Rohan seorang diri bar.

Aku merebahkan diriku diatas tempat tidur. Mendengar perkataan bartender itu, membuatku tidak sanggup untuk mabuk malam ini. Aku terus memikirkannya. Apa mungkin Mona datang jauh-jauh karena mengkhawatirkanku setelah mendapat telpon dari ponselku.

FLASHBACK
"Saat aku mendengar suara wanita yang mengangkat, aku langsung katakan bahwa kau berkelahi dengan pria lain yang bertubuh besar. Dan pria itu menghajarmu habis-habisan karena kau mabuk dan berani membuat kekacauan"
FLASHBACK END

Huft rasanya kepalaku akan meledak. Ada perasaan senang bercampur bingung, sedih.. Semua tercampur jadi satu.

Lalu mataku tertuju pada amplop coklat yang terletak di meja. Itu amplop coklat yang kemarin tidak jadi kubuka karena ibu menelponku.

Aku bangkit dan mengambil amplop itu untuk membacanya. Aku bukan terkejut dengan nama yang tertulis di atasnya melainkan dengan tulisan dibawah nama itu.

'Korupsi Perusahaan'

Itulah yang tertulis. Segera aku membuka amplop itu dan membacanya.

***

Aku.. Entah aku harus bicara apa. Kepalaku terasa berat. Dadaku terasa sesak. Semua bukti ini.. Mona yang memberikan. Sejak kapan ia tahu semua? Aku mengambil ponselku dan menghubungi Mona.

Tidak diangkat. Kemana dia? Aku akan coba menghubunginya lagi.

"Malik.. Tolong!! Malik!!!!"

TBC

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang