Chapter 20

7.3K 240 8
                                    

-Mona-

Aku tiba dikantor setengah jam lebih awal. Mall masih sepi, baru karyawan yang keluar masuk tempat ini. Hingga akhirnya aku melihat mobil audi silver melewatiku dan berhenti di lobby.

Malik keluar dari mobil dengan setelan jas bodystyle abu-abunya dan kemeja putih tanpa dasi. Kancingnya terbuka satu dibagian atas. Waaahhhh dia terlihat tampan. Penampilannya yang luar biasa di dukung dengan sepatu hitamnya yang mengkilap dan rambutnya yang sedikit berantakan.

Tunggu dulu.. Rambutnya berantakan? Tumben sekali rambutnya tidak rapih.

Aku segera berjalan dibelakangnya. Kami masuk kedalam lift yang sama. Kulihat wajahnya sedang tidak bagus. Terlihat kesal.

"Anda baik-baik saja?" tanyaku memberanikan diri.

Dia menoleh kearahku dengan tatapan tajamnya. Dalam seketika seolah bibirku tertutup rapat, bahkan aku tidak berani menatap matanya.

"Pagi-pagi kak Rani sudah teriak-teriak dirumah. Tidak hanya teriak dia bahkan mengomel sepanjang pagi dan membuat semua orang sibuk"

Aku menoleh kearah Malik. Dia tidak menoleh kearahku. Wajahnya tetap sama, ekspresi kesal. Tapi.. Dia menceritakan urusan pribadinya kepadaku. Apa benar dia yang tadi berbicara?

Lift berhenti dan kami turun bersama-sama. Kami tidak lanjut melangkah tapi kami berhenti di depan pintu lift.

"Kau mendengarkanku tidak?" tanya Malik.

"Saya dengar" jawabku.

"Katakan sesuatu" pinta Malik.

"Me.. mangnya apa yang kak Rani cari?" tanyaku. Apa dia akan marah? Semoga dia tidak menganggap aku ikut campur dalam urusannya.

"Dia mencari antingnya. Dia bilang dia harus ke acara pernikahan temannya. Dia berteriak didepan kamarku seperti orang gila. Dia bertanya kepadaku dimana anting dia. Coba kau bayangkan, untuk apa dia mencari antingnya dikamarku? Dan kenapa dia menanyakannya kepadaku? Apa dia fikir aku menyembunyikannya atau memakainya apa? Dia benar-benar keras..."

Dia terus berbicara dan aku mendengarkan seluruh ceritanya tapi melihat ia mengungkapkan perasaannya seperti ini.. Rasa kesal yang sedang ia rasakan mengubahnya menjadi seorang anak kecil. Dia terlihat manis.

"Kau mendengarkanku tidak?"

Pertanyaan Malik membuyarkan lamunanku.

"T-tentu. Lalu sekarang apa yang akan anda lakukan?" tanyaku.

"Karena antingnya sudah ketemu dan itu dikamarnya sendiri ya aku sudah tidak perduli lagi. Tapi karna kelakuannya yang seperti anak kecil itu aku tidak berselera melakukan apapun. Mulai dari menyisir rambut, pakai dasi dan semacamnya"

"Tapi kau terlihat tampan" pendapatku.

Astaga apa yang kukatakan? Aku mengatakannya tanpa sadar. Tapi memang benar ia terlihat tampan jika seperti ini hanya saja dia terlihat seperti lelaki playboy yang sering memangsa wanita.

"Aku merapihkannya dengan tanganku tapi.. Tentu berbeda, lebih rapih dengan sisir. Kalau begitu aku akan keruanganku"

"Tentu. Saya juga akan keruangan saya" jawabku dengan sedikit gugup.

Aku menghentikan langkahku saat sudah jauh darinya. Aku memegang jantungku yang berdegup kencang.

Oh tuhan.. Rasanya jantungku akan copot. Melihat wajahnya, mendengar ocehannya dan menatap matanya membuat jantungku berpacu cepat sejak tadi. Ditambah saat aku tidak sengaja mengungkapkan apa yang di fikiran ku.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang