Chapter 39

4.5K 151 9
                                    

-Penulis-

Sudah 3 hari sejak Malik memberikan Mona pilihan antara berjuang dengannya atau meninggalkannya.

Mona duduk di sofa depan televisi yang menyala.

"Jawaban apa yang harus aku berikan? Nada bicara Malik menandakan harapan tentang pilihanku yang berjuan dengannya tapi.. Ekspresi Malik memberikan ku keraguan. Seolah ia tahu bahwa kak Malla adalah segalanya bagiku, aku tidak mungkin meninggalkannya. Apa yang harus kulakukan?" batin Mona yang melamun didepan televisi dengan remote di tangannya.

"Kau sedang apa?" tanya Malla.

Mona terkejut mendengar pertanyaan Malla. "Menonton, apa lagi" jawab Mona.

"Minum ini" Malla memberikan sebuah gelas berisi jus.

"Apa ini?" tanya Mona.

"Jus lah, apalagi? Cepat minum aku mau mencuci piring" ujar Malla.

"Kak Malla bolehkah aku menanyakan sesuatu?"

"Katakan" jawab Malla.

"Disaat ada dua pilihan, bagaimana aku harus memilihnya?" tanya Mona.

"Tergantung. Pilihan semacam apa?"

"Misalkan begini. Ada polisi yang diberikan dua pilihan oleh penjahatnya, pilihan pertama dia menyelamatkan kekasihnya dan keluarganya dalam bahaya atau.. Dia menyelamatkan keluarganya tapi kekasihnya dalam bahaya" ujar Mona.

Malla memikirkan baik-baik perkataan Mona. "Jika kondisinya seperti itu maka.. Tapi apa dia sangat mencintai kekasihnya?"

"Tentu. Dia tidak bisa hidup tanpanya" jawab Mona tanpa keraguan.

"Maka dia harus merelakan nyawanya"

Mona terkejut mendengar jawaban Malla. "Merelakan nyawanya?" tanya Mona.

"Ya. Dia berkata kepada penjahat itu bahwa ia memilih menyelamatkan keluarganya dan saat senjata api itu di tembakkan kearah kekasihnya, dia bisa berdiri didepan kekasihnya dan menerima peluru itu. Dengan begitu semua selamat" jawab Malla.

"Begitukah?"

"Tapi.. Merelakan nyawanya bukan dalam arti dia harus meninggal. Saat dia menyelamatkan kekasihnya maka dia akan tertembak dan disaat bersamaan polisi lain datang, dia akan diselamatkan dan tetap hidup" ujar Malla sembari mengupas apel.

"Kau tau? Tuhan akan selalu bersama orang-orang yang sabar, tetap berjuang dan saling mengasihi. Tuhan tidak akan meninggalkan orang yang selalu bersamanya" lanjut Malla.

"Ya. Kakak benar" jawab Mona. "Kurasa aku tau jawabannya" batin Mona.

***

Rohan datang ke apartemen Sonia. Ia menatap Sonia dengan tajam.

"Kau kemari hanya untuk menanyakan hal itu?" ketus Sonia.

"Tidak perlu membalikkan pertanyaanku. Jawab saja apa yang kau lakukan?" Rohan mencoba menahan amarahnya.

"Memangnya apa yang sudah kulakukan?"

"Kau menabrak Mona kan? Kau sengaja menabraknya" ujar Rohan dengan kesal.

"Apa buktimu? Bukankah kau tau pelakunya sudah ditangkap? Bahkan ia cedera cukup parah"

"Jangan menguji kesabaranku! Hanya kau yang dapat membuat drama ini. Kau menyuruh orang untuk menabrak Mona dan lepas tangan jika terjadi masalah, iya kan?!" bentak Rohan.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang