Chapter 34

4.5K 161 0
                                    

-Malik-

Sudah 2 hari sejak pemakaman manajer mall dilaksanakan dan sudah 2 hari aku dirawat dirumah sakit ini. Aku berjalan dan berdiri didekat jendela kamarku.

"Permisi tuan Malik" ujar pak Adli yang baru saja masuk ke kamarku.

"Bagaimana? Kapan anak dari manajer menikah?" tanyaku tanpa menoleh.

"Hari ini tuan"

"Siapkan mobil dan setelan hitam putih milikku" ujarku.

"Tapi tuan.. Anda belum sepenuhnya pulih. Lagipula untuk apa tuan mendatangi pernikahan anak manajer itu? Dia sudah mengkhianati kita dengan menghancurkan proyek kita"

Aku terdiam mendengar perkataan pak Adli.

"Selama ini aku hanya berdiam diri menerima semua tapi sekarang tidak" ujarku dengan tegas. "Segera siapkan mobil dan pakaianku. Segera"

"Baik tuan" jawab pak Adli menyerah den
Pgan kegigihanku.

Aku tidak punya pilihan lain. Aku harus datang kepadanya.

***

Hanya butuh waktu setengah jam, mobil dan diriku siap untuk pergi ke acara pernikahan anak manajer.

Aku dan pak Adli datang menghadiri pernikahannya. Dan waktu yang tepat. Saat kami tiba acara pernikahannya sudah selesai, tinggal meminta restu dari orang tua kedua belah pihak.

Mereka berjalan perlahan menyentuh kaki kedua orang tua mereka dan saat mereka membalikkan tubuh aku berdiri tak jauh dari mereka.

"Pak Malik?" ujar mempelai perempuan yang dapat kutebak, dialah anak yang diceritakan manajer.

Mempelai wanita dan prianya menghampiriku.

"Bukankah pak Malik sedang dirawat? Anda kemari?" tanya mempelai wanita.

Aku mengeluarkan amplop dari kantung jasku dan memberikannya kepada mempelai wanita.

Kedua pengantin baru itu menatapku dengan bingung. Mereka membuka amplop itu dengan hati-hati dan membacanya.

Tak lama kemudian mempelai wanita menangis. Semua orang disekitar mereka menantapnya bingung.

"Ayah... Ayah..." isak mempelai wanitanya. Bahkan ia hampir tak sadarkan diri jika tidak segera diberi air putih untuk menenangkannya.

Mempelai itu menatapku dengan mata dan wajahnya yang penuh air mata.

"Apa.. Anda memaafkan ayahku?" tanya mempelai wanita.

Dengan mata berkaca-kaca aku menjawab.

"Aku memaafkannya tapi.. Aku ingin berminta maaf kepadamu karna.. Aku tidak bisa menyelamatkan ayahmu dan.. Membantu ia menghadiri pernikahan anaknya" jawabku.

Mempelai wanita menyentuh kakiku.

"Bahagialah selalu" doaku untuknya.

Ia kembali berdiri dengan tegap dan menatapku. "Anda memiliki hati yang besar. Saya menghormati anda seperti hormat saya ke ayah saya. Saya.." mempelai wanita yang tidak dapat menahan tangisnya membuat air mataku menetes.

"Saya tidak tau harus berkata apa.. Ayah.. Ayah.."

Aku memegang bahu mempelai wanita yang terlihat lebih muda dariku.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang