Chapter 24

6.4K 215 0
                                    

-Penulis-

Malik terkejut melihat rumahnya gelap gulita. Ia segera berlari masuk kedalam rumah.

"Ibu!! Nenek!! Kakak, kakak ipar!!" panggil Malik dengan lantang.

Tidak ada satupun dari mereka yang menjawab panggilan Malik. Malik berlari kesana kemari mencari mereka semua. Saat Malik keluar dari kamar ibunya seseorang berdiri dibelakangnya sembari memegang sebuah lilin.

"Aaghh" teriak Malik ketakutan.

Rani tertawa melihat ekspresi ketakutan Malik.

"Kenapa lampu mati?" tanya Malik.

"Listriknya rusak. Tukang listrik lagi memperbaiki dibelakang" jawab Rani.

"Ibu, nenek?"

"Di taman" jawab Rani.

Tak lama semua lampu menyala. Malik bernafas lega.

"Kenapa wajahmu khawatir seperti itu? Apa ada sesuatu?"

Malik hanya terdiam sembari menatap Rani. Dia tidak mau keluarganya merasa khawatir atas apa yang terjadi.

***

Sonia adalah seorang dokter yang baru saja menyelesaikan gelar spesialisnya di luar negeri.

Sonia membawa mobilnya menuju klinik lamanya. Setibanya disana ia segera masuk kedalam kliniknya itu. Tempatnya masih rapih dan tertutup kain putih.

Sonia menuju mejanya dan membuka laci. Disana ada sebuah kartu hitam bertulisan 'Kematian'.

Setelah mendapatkannya Sonia segera menuju apartemennya.

Setibanya di apartemen Sonia mengambil sebotol wine dan menuangkannya kedalam gelas. Tangan Sonia yang mengambil gelas itu bergetar.

"Kenapa kartu semacam itu ada lagi? Kenapa kartu kematian itu ada di laci meja Malik? Apa yang sebenarnya brengsek itu lakukan?" batin Sonia.

Handphone Sonia berbunyi. Nomor tidak dikenal menelpon Sonia.

"Hallo?" jawab Sonia dengan ragu.

"Apa kabar, Sonia?"

Suara yang sudah lama menghilang kembali didengar oleh Sonia. Sonia tak sengaja melepas gelas yang ada ditangannya hingga jatuh dan pecah dilantai.

"Kau merindukanku? Ku dengar kau melanjutkan kuliah mu diluar negeri"

"Mau apa kau menelponku? Urusan kita sudah selesai!" ujar Sonia dengan lantang.

"Tenang Sonia, tenang. Aku hanya ingin menanyakan kabarmu. Setelah malam itu kudengar hubungan kalian tidak berjalan dengan baik. Aku turut prihatin atas hubunganmu dengannya"

"Aku sudah melakukan apa yang kau mau malam itu. Urusan kita sudah selesai. Kau mendapatkan apa yang kau mau jadi.. Menjauhlah dariku" jantung Sonia berdegup kencang. Bahkan tangannya berubah menjadi sangat dingin.

"Memang benar kau sudah melakukan apa yang kuperintahkan tapi.. Aku tidak mendapatkan apa yang ku inginkan"

Sonia merasa bingung dengan perkataannya.

"Pacarmu, oh maaf mantan kekasihmu itu lebih cepat dariku. Aku tertinggal satu langkah dibelakangnya. Jadi.. Mari kita selesaikan semua ini"

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang