-Penulis-
Beberapa penjaga keamanan naik lift bersama Rohan menuju lantai yang sama. Lantai 17.
Tanpa diduga mereka menuju kearah yang sama, yaitu apartemen Sonia.
Melihat para penjaga itu berdiri bersamanya didepan pintu apartemen Sonia membuatnya khawatir.
"Nona. Kami penjaga keamanan. Tolong buka pintunya" Ujar salah satu penjaga dari 2 penjaga.
Tidak ada jawaban dari dalam. Terdengar hening dan sepi.
"Nona kami mendengar alarm kamarmu berbunyi. Tolong buka pintunya"
Rohan yang sudah tidak sabar mencoba mendobrak pintu apartemennya. Salah satu penjaga membantunya hingga engsel pintunya copot satu dan menyebabkan pintu terbuka lebar.
Terlihat Sonia yang sudah pucat. Penjahat itu melepas cekikannya dan melompat menerobos kaca. Penjahat itu terjun bebas. Para penjaga melihat kearah pria itu dengan perasaan tidak percaya. Penjahat itu mengenakan tas tipis yang ternyata berisi parasut. Penjahat itu menarik tali di sisi kanannya dan sebuah parasut terbuka.
"Seorang penjahat dengan parasut mencoba kabur. Segera kejar!" Ujar slaah satu penjaga yang berada di dalam apartemen Sonia, dengan walkie talkienya.
"Sonia sadar Sonia" Rohan mencoba menyadarkan Sonia yang sedingin es.
"Cepat panggil ambulan!!" Teriak Rohan.
"Dalam 2 menit ambulan akan tiba" Jawab salah satu penjaga.
Rohan menggendong Sonia dan membawanya kelantai 1 dengan lift. Di ikuti penjaga apartemen dibelakangnya.
"Sonia bertahanlah. Sonia buka matamu" Ujar Rohan dengan panik.
Tiba dilantai 1 tepat waktu. Ambulan sudah berada di lobby. Rohan segera memasukkan Sonia kedalam ambulan dan membawanya kerumah sakit.
Petugas kesehatan melakukan pertolongan pertama dengan menekan bagian jantung Sonia supaya detaknya kembali. Monitor detak jantung tidak merespon sama sekali. Garisnya hanya menunjukkan lekukan kecil bahkan nyaris datar.
"Sudah berapa lama ia kehilangan nafasnya?" Tanya petugas kesehatan.
"Saya tidak tau. Saya datang ia sudah dalam keadaan seperti ini" Jawab Rohan.
Petugas tidak menyerah. Ia terus mencoba mengembalikan detak jantung Sonia.
"Sonia come on" Ujar Rohan sembari menggenggam tangan Sonia.
Tak lama Sonia menggenggam erat tangan Rohan dan ia menarik nafas panjang. Jantung Sonia kembali normal. Wajah pucatnya sedikit demi sedikit kembali berwarna.
Petugas keamanan segera memasangkan Sonia oksigen untuk membantu Sonia bernafas.
Rohan bernafas lega dan menggenggam tangan Sonia dengan kedua tangannya.
Mata Sonia masih terpejam tapi tangannya tidak melepaskan genggamannya sedikitpun. Seolah ia takut kehilangan Rohan.
***
"Bagaimana dokter?" Tanya Rohan kepada dokter yang baru saja menangani Sonia.
"Tidak ada masalah. Dia hanya syok karena suatu kejadian jadi itu alasan kenapa dia belum sepenuhnya sadar. Dan juga ada memar di tubuh belakangnya. Memang tidak parah tapi terlihat seperti habis jatuh dengan sangat kencang kelantai. Biasanya saya menemukannya di tubuh orang yang dibanting kencang oleh orang lain. Mungkinkah dia mengalami kekerasan di suatu tempat?"
"Pasti penjahat itu membanting Sonia saat ia berusaha kabur. Kurang ajar! Akan kutemukan dia bagaimanapun caranya!" Batin Rohan.
Setelah berbincang mengenai keadaan Sonia, Rohan pergi ke loket pembayaran rumah sakit untuk mengurusi biaya rumah sakit dan biaya menginapnya. Sonia dipindahkan di kamar perawatan dan Rohan duduk disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boss,My Sweet Couple
RomanceSemua orang takut dengannya.. Kecuali aku. Aku hanya takut kepada Tuhan