-Penulis-
Saat Malik masuk ke ruangan itu, Mona dan Rohan sudah didalam.
"Kenapa kalian datang terpisah?" tanya Rohan.
Malik duduk di samping Mona. "Aku dari kantor, Mona dari rumah"
"Ya tuhan. Besok acara pernikahan kak Malik tapi kak Malik masih bekerja?" ujar Rohan.
"Itulah kakak mu" jawab Mona.
"Cafemu cukup ramai" Malik mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Lumayan" jawab Rohan meskipun ia tau kalau Malik sedang mengalihkan pembicaraan mereka tentang pekerjaan Malik.
"Kudengar kau akan pergi ke Amsterdam untuk melanjutkan kuliah hukummu" ujar Malik.
Rohan mengangguk. "Sebenarnya bukan besok. Nanti malam aku berangkat"
"Kenapa harus nanti malam? Tidak bisakah besok malam setelah acara pernikahan kami?" tanya Mona.
Rohan tersenyum. "Maaf karena tidak bisa hadir di acara pernikahan kalian"
"Apa kau sengaja?" tanya Malik.
"Tentu tidak. Jadwalnya sudah diatur dari universitas nya. Aku bisa apa?"
"Belajarlah yang giat. Jadilah orang sukses" ujar Malik.
"Kenapa perkataan kak Malik seolah kita tidak akan bertemu lagi? Aku akan kembali jika liburan" ujar Rohan.
"Saat kau kembali nanti jangan lupa datang kerumah kami" ujar Mona.
"Tidak perlu. Kita bertemu dirumah ibu saja" ujar Malik.
"Why?" tanya Rohan.
"Kau banyak makan. Kau akan menghabiskan seluruh isi kulkas. Aku tidak mau" jawab Malik.
"Ishhh dasar pelit" gerutu Rohan.
Mereka berbincang cukup lama. Berbincang tentang masa lalu, masa kini dan masa depan. Perang yang terjadi diantara mereka telah hilang. Sekarang hanya ada senyuman di wajah mereka.
***
Pukul 17.30
Sebelum berangkat menuju Amsterdam, Rohan pergi ke Rameswaram untuk melihat matahari terbenam.
Rohan duduk di atas pasir dan mengeluarkan sebuah amplop putih dari kantung celananya.
FLASHBACK
Mona pergi ke parkiran mobil terlebih dahulu. Ia akan menunggu Malik dibawah.Malik mengeluarkan amplop putih dari kantung jasnya.
"Sebelum Sonia ke Rameswaram, ia mendatangiku dan memberikan surat ini. Ia bilang kau akan mengerti saat membacanya"
FLASHBACK ENDSembari menatap matahari terbenam Rohan mulai membaca sepucuk surat itu.
Tak lama air mata terbendung dimatanya. Semakin lama air mata yang terbendung berubah menjadi isakan. Rohan menyeka air matanya disela isakan Rohan tertawa kecil.
"Kau benar-benar wanita bodoh. Bagaimana mungkin aku melakukannya? Dasar bodoh" gerutu Rohan.
Meskipun sudah 6 bulan sejak meninggalnya Sonia, masih terasa jelas baginya saat Sonia bersandar dibahunya untuk terakhir kalinya.
***
Matahari sedikit demi sedikit mulai tenggelam dan langit mulai menggelap. Angin dingin mulai berhembus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boss,My Sweet Couple
RomanceSemua orang takut dengannya.. Kecuali aku. Aku hanya takut kepada Tuhan