-Mona-
Aku berjalan seorang diri menuju supermarket. Entah apa yang terjadi tapi.. Sepanjang jalan aku teringat akan Malik.
Aku ingat saat bertemu dengannya lagi di kantor. Rasanya aku ingin berlari kearahnya dan memeluknya dengan erat. Saat pertemuan kedua kami, di bar waktu itu.. Melihatnya terluka membuatku hancur seketika. Aku tak pernah melihatnya seperti itu. Dalam mabuknya ia terus mengucapkan rindu setelah menyebut namaku. Rasanya aku ingin menyentuh wajahnya, tersenyum kearahnya, dan mengatakan bahwa aku merindukannya.
Kenapa aku tidak bisa menentukan perasaanku sendiri? Kenapa aku harus bingung dengan perasaanku sendiri? Kenapa.. Harus ada perasaan bimbang ditengah kebahagiaan?
"Mona"
Aku menoleh dan melihat kak Malla berjalan menuju kearahku.
"Tadi handphonemu berbunyi"
"Siapa?" tanyaku.
"Entahlah. Private number"
Aku mengambil handphoneku dari tangan kak Malla dan memasukkannya kedalam kantung celana yang ku kenakan.
Kami berdua berjalan menuju supermarket dengan tenang sebelum akhirnya datang beberapa pria besar menghalangi jalan kami.
"Siapa kalian?" ujar kak Malla.
"Ikutlah dengan kami secara sukarela"
Jawabannya membuat aku dan kak Malla mengerutkan dahi.
"Kami tidak mau menyakiti wanita. Tapi jika itu diharuskan maka.. Apa boleh buat?"
Aku dan kak Malla berjalan mundur perlahan dan.. Kami berlari menuju rumah sekencang mungkin.
Kami menduga bahwa kami sudah lolos dari mereka tapi salah. Mereka mengepung kami.
"Akan lebih cepat dan baik jika kau ikut dengan kami" Seseorang berjalan di kegelapan menuju kearah kami.
Aku dan kak Malla terkejut melihat pak Adli berada disana. Dengan pakaian serba hitamnya dan cerutu di bibirnya, membuat aura jahatnya keluar.
"Ka-kau?" kak Malla mengenalnya. Mereka pernah bertemu sekali.
"Selamat malam nona-nona. Biarkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Adli, orang kepercayaan tuan Malik Khan"
"Brengsek! Tidak pantas kau memperkenalkan diri seperti itu" geramku.
"Terserah apapun yang kau katakan tapi.. Itu tidak mengubah fakta bahwa tuan Malik memang sangat mempercayai perkataanku dibandingkan orang-orang disekitarnya"
Tiba-tiba handphoneku berbunyi.
"Hmmm.. Coba kau angkat. Siapa tau penting. Sebelum kita melanjutkan kegiatan kita" ujar pak Adli.
Tak lama handphoneku berhenti berdering.
"Bawa mereka!"
Perintah pak Adli membuat pria-pria besar itu mencoba menarik ku dan kak Malla. Kak Malla sekuat tenaga membuat mereka menjauhi kami tapi.. Aku tidak sehebat kak Malla. Ponselku terjatuh dari tanganku saat pria-pria besar itu menarik ku masuk kedalam mobil Van yang mereka bawa.
"Kak Malla!!" teriakku.
Aku mencoba memberontak tapi tenaga mereka lebih kuat dariku. Aku di ikat dan ditutup mulutku dengan kain.
Aku terus berteriak meskipun mulutku ditutup. Berharap seseorang diluar sana mendengarku meskipun samar.
"Diam!" ujar pria berbadan besar disampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boss,My Sweet Couple
RomanceSemua orang takut dengannya.. Kecuali aku. Aku hanya takut kepada Tuhan