Chapter 65

3.2K 123 1
                                    

-Penulis-

Mona mendapat kontak pak Ridwan. Ia segera menghubungi pak Ridwan dan mengajaknya bertemu.

"Ini kesempatanku untuk mengumpulkan semua buktinya" batin Mona.

Tiba-tiba Mona teringat akan Malik. "Ia tidak datang. Sudah 3 hari. Apa terjadi sesuatu dengannya? Apa aku harus menelponnya? Ah untuk apa aku peduli"

Mona bersiap-siap pergi untuk bertemu pak Ridwan.

***

Mona datang setengah jam lebih awal. Ia tidak sabar menunggu pak Ridwan.

"Nona Mona?"

Mona menoleh dan melihat seseorang yang tak lain pak Ridwan berdiri disampingnya. Mona tidak menjawab pertanyaan pak Ridwan.

"Saya pak Ridwan" ujar pria itu.

"Oh silahkan duduk" Mona mempersilahkan.

Pak Ridwan duduk di kursi dihadapan Mona. Dia keluarkan sebuah map coklat dari tas jinjing yang ia bawa.

"Saya tidak bisa berlama-lama. Tapi apa nona yakin mau menanggung beban ini? Saran saya, setelah mendapatkannya langsung bawa ke kantor polisi. Biarkan polisi yang membantu pak Malik"

"Saya harus memeriksa dulu semua berkas ini. Jika semua berkas cocok maka akan saya lakukan saran bapak" jawab Mona.

"Saya ingin memberitahu pelaku sebenarnya kepada pak Malik tapi.. Saya tidak tega jika harus menyakitinya. Mengingat semua dalang dibalik kekacauan ini adalah orang yang selama ini dia anggap sebagai ayahnya sendiri"

Mona tidak mengatakan sepatah katapun.

"Saya harap nona bisa berfikir lebih bijaksana dari saya. Memang kenyataan lebih menyakitkan meski terkadang tidak semua kenyataan itu sebuah kebenaran"

Perkataan pak Ridwan membuat Mona semakin ragu untuk mengatakannya kepada Malik. Entah apa alasannya tapi ia tidak siap melihat reaksi Malik.

***

Pukul 9 malam. Malik kembali ke apartemen saat ia selesai berurusan dengan preman itu.

Ia merasa marah dan kesal karena belum preman itu menyebut nama pelaku semua ini, dia sudah sekarat dan hampir saja kehilangan nyawanya. Sekarang preman itu di rawat di ICU rumah sakit karena luka yang parah.

Malik masuk kedalam apartemennya. Dan tak sengaja ia melihat tumpukan amplop besar di mejanya.

"Apa ini?" gumamnya.

Malik membuka salah satu amplop. Amplop itu berisi surat perjanjian yang telah ditandatangani oleh mitra luar negri barunya.

Tinggal satu amplop lagi. Saat ia hendak membukanya ponsel Malik berdering.

"Ya bu?" Malik menjawab panggilan telponnya.

"Pulang nak. Kau sudah lama berada disana"

"Ya" jawab singkat Malik.

"Sejak kemarin kau hanya berkata 'ya' tapi mana? Kau tidak pulang-pulang"

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang