Chapter 74

6.7K 135 6
                                    

-Penulis-

Mona menutup mulutnya dengan kedua tangan sembari menangis tersedu-sedu. Mona merasa lemas disekujur tubuhnya.

Mona berlari kearah mereka yang berdiri diambang pintu. Mona memeluk seorang wanita yang tak lain adalah ibunya.

Mona tidak sanggup menahan tangisannya.

"Kenapa kau menangis dihari pernikahanmu nak?" tanya ibunya yang mencoba menahan isakannya keluar.

"Ibu..." ujar Mona sembari menangis.

Semua tamu yang ada disana menitikkan air mata. Mereka merasa tersentuh akibat pertemuan keluarga Mona.

Ibunya Mona melepaskan pelukannya. Ia mengecup kedua pipi Mona.

Mona menoleh kearah ayahnya yang berdiri disamping ibunya.

"Ayah.." ujar Mona.

Ayah Mona membentangkan tangannya. Mona memeluk ayahnya dengan sangat erat. Mona tidak sanggup menahan perasaan rindu, bahagia, sedih dalam dirinya. Ia tidak peduli dengan orang-orang diruangan itu. Yang ia pedulikan sekarang adalah bahwa ia sangat bahagia melihat keluarganya kembali.

Setelah memeluk ayahnya, Mona menatap nenek. "Nenek.." Mona memeluk neneknya.

Nenek menangis dalam pelukan Mona.

Mona melepas pelukannya. "Dimana kakek?" tanya Mona.

Nenek mengelus kepala Mona dengan lembut. "Kakek pasti sangat bahagia melihatmu terlihat begitu cantik hari ini. Ia terus memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi milik kalian. Bahkan ia rela memberikan nyawanya asalkan kalian berdua bahagia"

Mona menangis semakin menjadi. "Maafkan aku nek. Aku tidak disana saat nenek membutuhkan ku" ujar Mona.

"Doamu selalu menyertai kami. Harapanmu dikabulkan oleh tuhan. Melihatmu baik-baik saja dan dalam keadaan sehat nenek sangat bahagia. Jangan merasa bersalah atas apa yang sudah lewat. Yang berlalu biarlah berlalu" ujar nenek.

Ibunya Mona menoleh kearah seorang wanita dengan sari pink yang terdiam dalam isakannya.

Menyadari ibunya Mona menghampirinya, isakan yang ingin Malla sembunyikan, keluar dari mulutnya.

Malla menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Kenapa kau menyembunyikan wajahmu dari ibu nak?" tanya ibunya Mona.

Tangisan Malla semakin menjadi. Ibunya Mona memeluk Malla dengan sangat erat.

"Terimakasih karena terus bersama adikmu. Terimakasih untuk terus menjaganya sampai kami kembali. Terimakasih anakku. Terimakasih" ujar ibunya Mona sembari meneteskan air mata.

Malla membalas pelukan ibunya Mona. "Maaf karena tidak becus mencari kalian semua" isak Malla.

"Kau sudah melakukan semampumu. Kau sudah melakukan yang terbaik" jawab ibunya Mona.

Ayahnya Mona mengelus kepala Malla dengan lembut. "Semoga langkahmu selalu diberkati oleh yang maha kuasa"

Ibunya Mona melepas pelukannya. Kini Malla berdiri dihadapan ayahnya Mona. Ayahnya Mona memeluk Malla dan Malla membalas pelukannya.

"Anak-anakku begitu luar biasa" puji ayahnya Mona.

Dengan senyuman lebar diwajahnya Mona tidak sengaja menatap Malik yang sedang menyeka air matanya.

Mona menghampiri Malik. "Bagaimana kau..?" tanya Mona.

"Aku bertemu keluargamu saat aku pergi berziarah. Lalu aku melihat foto didompetmu dan.. Kau tau selanjutnya" jawab Malik.

"Bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu?" tanya Mona.

"Tidak perlu membalas apapun. Aku melakukannya untuk istriku bukan orang lain"

Mona tersenyum lebar. "Bukankah aku sangat beruntung?"

"Aku yang beruntung karena kau mau menerima ku sebagai suamimu"

Mereka saling bertukar senyum bahagia di wajah mereka.

***

Setelah acara pertemuan keluarga sudah selesai mereka kembali melanjutkan acara.

Waktunya Mona dan Malik pamit untuk pergi berbulan madu. Mereka memilih pergi ke Paris untuk berbulan madu. Sebelum pergi mereka mengganti pakaian mereka. Malik mengenakan kemeja putih, sepatu kulit dan celana bahan. Mona mengenakan sari merah dengan bodrilan emas dipinggirannya dan dipermanis dengan rambutnya yang ia gerai.

Mereka memesan kamar hotel yang langsung menghadap kearah menara effiel.

Setibanya di hotel Mona terkejut melihat kamar hotel yang terlihat romantis.

Beberapa lilin aromaterapi menyala di sudut ruangan. Beberapa tangkai bunga mawar diletakkan didekat lilin sehingga terlihat cantik.

"Aku tidak tau kau bisa menyiapkan semua ini. Bukankah suasana seperti ini terlihat simple tapi romantis?" ujar Mona.

Malik menyibak lembut rambut panjang Mona dari bahu Mona.

"Sangat romantis" jawab Malik sembari memeluk Mona dari belakang.

"Hmm kau baru menunjukkan sifat romantis mu kepadaku atau aku yang tidak pernah menyadarinya?"

"Hmm.. Mungkin aku baru pertama menunjukkannya" jawab Malik.

"Apa ada lagi yang ingin kau tunjukkan kepadaku?"

Malik mengecup lembut leher Mona. Mona memejamkan matanya, terbuai oleh perlakuan Malik.

"I love you" ujar Malik.

Malam itu adalah malam yang indah bagi Mona maupun Malik. Mereka menghabiskan malam mereka berdua ditemani cahaya bulan purnama.

***

Selagi mereka di Paris, mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan. Mereka berkeliling kota Paris, bersepedah dan melakukan semua kegiatan seru.

Mereka menaiki bianglala dan bersenda gurau. Memakan ice cream, memakan pasta di restoran Itali dan menghadiri pasar malam.

"Tidak perlu terpuruk akan rasa sakit yang kau rasakan. Jangan menyamakan masa lalu mu dengan masa depanmu. Karena percayalah masa depanmu akan menyembuhkan luka masa lalu mu" batin Malik.

"Dalam sebuah hubungan tidak ada yang namanya baik-baik saja. Kau akan terluka. Kau akan marah dan kau akan kecewa. Tapi semua perasaan itu membuatmu belajar bagaimana cara berfikir logis dan tenang tanpa menyakiti siapapun" batin Mona.

The End

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang