Chapter 23

6.1K 210 0
                                    

-Malik-

Ku melihat Mona dari kaca mobilku, dia diantara kerumunan orang.

"Bukankah itu Mona Talwar?" ujar pak Adli. "Sepertinya ia merasa kebingungan"

Sedang apa dia disana? Dan kenapa ia menangis? Apa seseorang menyakitinya?

"Bapak tunggu disini" ujarku kepada pak Adli yang duduk didepan.

Aku turun dan mencoba menyebrang jalan untuk mendekati Mona. Saat aku menyebrang, tak jauh dari tempat Mona berdiri aku melihat seorang pria dengan jaket putih datang dan memeluknya dengan erat.

Langkahku terhenti melihatnya. Aku tidak bisa melihat wajah pria itu. Aku hanya bisa melihat punggungnya.

Dia memeluk Mona dengan erat. Ada perasaan tidak suka di diriku saat ini. Kenapa pria itu muncul dan memeluknya seperti itu? Siapa dia? Apa dia kekasih Mona?

Aku berjalan mendekati mereka dengan perasaan tidak karuan. Tinggal beberapa langkah dari mereka, kakiku berhenti. Untuk apa aku menghampiri mereka. Siapa dia aku tidak peduli. Aku membalikkan tubuhku dan berjalan menjauhi mereka untuk kembali ke mobilku.

Aku masuk kedalam mobil dengan perasaan jengkel.

"Bagaimana? Apa Mona baik-baik saja?" tanya pak Adli.

"Jelas dia baik-baik saja" jawabku sedikit ketus. "Wanita macam apa dia. Orang asing memeluknya begitu tapi ia diam saja" gerutuku.

"Apa.. Terjadi sesuatu?" tanya pak Adli.

"Tolong jalankan saja mobil ini dan antar aku pulang" ujarku dengan kesal.

Tanpa banyak bicara pak Adli menjalankan mobilnya menuju rumahku.

Sebenarnya aku merasa tidak enak kepada pak Adli karna ia harus menanggung seluruh kekesalanku. Sebaiknya aku meminta maaf kepadanya.

Tiba-tiba saat kami berjalan dijalan sepi, beberapa pria berpakaian hitam dengan berkendara motor mengetuk kaca mobilku dengan kasar.

"Siapa mereka?" ujar pak Adli ketakutan.

"Kunci semua pintu dan percepat jalannya pak" ujarku.

Pria bermotor itu semakin brutal. Dia mencoba membuka pintu mobil. Yang satu fokus berkendara sedangkan yang dibelakangnya mencoba membuka pintu mobil.

Oke, kau mencoba membuka pintu mobil maka akan ku buka. Aku membuka pintu mobil dengan kencang hingga mereka kehilangan keseimbangan. Aku segera menutup pintu mobil dan menguncinya kembali.

"Pak lebih cepat dan cari jalan yang lebih ramai" perintahku.

"Baik tuan" jawab pak Adli.

Tak disangka mereka berhasil mengejar kami. Dan yang membuatku semakin terkejut adalah.. Mereka mengeluarkan senjata dan mengarahkannya kepada pak Adli.

"Menunduk!" ujarku sembari menjauhkan kepala pak Adli dari kaca.

Terdengar sebuah tembakan terjadi dan menembus kacaku hingga pecah. Peluru itu menembus ke kaca sisi kanan. Keadaan kami diperparah dengan mobil kami menabrak sesuatu dengan keras.

Aku mencoba melihat keadaan. Pria yang memegang senjata menodongkan senjatanya di kepalaku.

"Keluar!" perintah pria yang memegang senjata itu.

"Tuan jangan dengarkan mereka" ujar pak Adli.

"Kau diam saja" ujar pria yang satunya sembari mencengkram kerah leher pak Adli dan mencoba membawanya keluar mobil dengan kasar.

"Aku akan keluar" ujarku sembari menahan pak Adli dibawa keluar. "Lepaskan dia. Aku akan keluar" ujarku.

"Lepaskan pria tua itu. Dia tidak berguna" perintah pria bersenjata.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang