Chapter 54

3.6K 121 1
                                    

-Malik-

Setelah telponnya mati aku merebahkan diriku diatas tempat tidur. Aku merasa sangat bahagia bisa mendengar suara Mona. Padahal jika dipikir-pikir baru beberapa jam yang lalu aku bersamanya. Kenapa aku merasa sesenang ini?

"Aku baru tau kau bisa tersenyum selebar itu"

Aku menoleh dan melihat kak Arya didepan pintu. Aku bangkit dari tidurku dan duduk ditepi tempat tidur.

Kak Arya masuk kedalam kamar dan duduk diatas sofa didekat jendela.

"Kau terlihat sangat senang atas keputusan nenek dan ibu" Goda kak Arya.

"Apa yang kakak bicarakan" Jawabku sembari tertunduk malu.

"Biasanya jika ada keputusan sepihak yang menyangkut dirimu, kau selalu marah-marah. Tapi yang aku lihat 80% rasa bahagia dan 20% terlihat marah"

"Kakak ipar sok tau" Bantahku.

"Heiii.. Di dahimu itu tertulis semuanya" Ledek kak Arya. "Ayo turun. Nenek mau membagikan manisan" Kak Arya keluar kamarku.

Aku bangkit dari duduk ku menuju handphone yang sedang ku charge diatas meja. Kunyalakan lagu Youre the Apple of My Eyes dari U-Mb5 feat Sam Carter.

Lagu ini membuat aku teringat dengan Mona. Jika seseorang bertanya kepadaku tentang yang kurasakan kepada Mona maka lagu ini adalah jawabannya.

***

Aku turun kebawah dengan celana jeans hitam dan sweater putih. Semua orang sudah dibawah sembari memakan manisan yang dipegang ibu.

"Anakku makan ini" Ibu menyuapiku manisan. "Apa.. Kau masih marah kepada ibu dan nenek?"

Aku memegang bahu ibu. "Sejak kapan aku bisa lama-lama marah kepada ibu dan nenek? Tapi.. Saranku sebaiknya kita kerumah Mona dan mengatakan langsung dan resmi dihadapan Mona dan keluarganya"

"Tentu. Kami semua akan melakukannya besok. Kami sudah menelpon pihak besan untuk meminta waktunya" Ujar ibu.

Aku seperti melihat air mata tergenang dimata ibu.

"Apa ibu baik-baik saja?" Tanyaku.

"Ibu bahagia nak. Sangat bahagia. Tadinya ibu khawatir kau..." Ibu menyeka air matanya sembari tertawa kecil.

"Sekarang ibu tidak perlu khawatir lagi"

Ibu mengangguk dengan perkataanku dan tersenyum lebar.

***

Keesokan pagi, tepatnya pukul 9 aku berada di depan rumah Mona bersama keluargaku. Kami membawa manisan, buah, bunga dan parsel makanan ringan.

Entah kenapa aku merasa gugup. Ada rasa cemas didalam diriku. Entah kenapa tapi ini bukan rasa cemas akan sesuatu yang membahagiakan tapi cemas dengan rasa takut didalamnya.

Aku mengenakan pakaian khas India. Dengan warna cream dan bodrelan warna emas disetiap pinggirannya. Kak Arya yang membuatku memakainya. Awalnya aku hanya memakai kemeja putih dan setelan berwarna hitam tapi kak Arya memaksaku memakai pakaian ini. Tahu apa yang lebih menarik? Pakaianku kembar dengan kak Arya. Mulai dari model bodrilan, bentuknya bahkan sepatunya pun sama. Yang membedakan hanya warnanya. Jika aku warna cream, kak Arya warna coklat susu.

"Bukankah cukup memalukan memakai pakaian kembar seperti ini?" Bisikku ke kak Arya.

"Tidak memalukan. Tapi menarik" Jawab kak Arya sembari tertawa kecil.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang