-Malik-
Sudah 3 hari sejak kepergian Mona dan keluarganya.
FLASHBACK
Seseorang membuka pintu saat aku mengetuk pintu rumah Mona. Seorang wanita paruh baya yang membukanya."Di-dimana...?" Aku terkejut karena bukan anggota Mona yang membukakan pintunya.
"Mereka sudah pergi. Mereka terlihat terburu-buru dengan membawa koper-koper yang besar dan naik kedalam mobil"
Aku merasa duniaku runtuh seketika. "Apa.. Apa mereka bilang mau kemana?"
"Mereka tidak bilang apa-apa. Mereka hanya menitipkan kunci rumahnya. Sepertinya terjadi sesuatu karena keponakan mereka yang bungsu terlihat tersedu-sedu sembari mengangkut kopernya kedalam mobil"
Dadaku terasa sesak. Kepalaku terasa berat. Bahkan dapat kurasakan air mata yang terbendung di ujung mataku.
"Maaf tapi.. Bukankah anda tunangannya? Tunangan keponakan bungsu, Mona. Benar kan?" Tanya wanita itu.
Aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku hanya berjalan mundur dan berjalan dengan kaki yang bergetar.
Kesalahpahaman ini sudah membesar. Kesalahan ini telah memisahkan aku dan Mona. Kenapa Mona tidak mendengarkanku? Kenapa dia langsung mengambil keputusan seperti ini?
Kepalaku semakin berat hingga akhirnya aku menatap langit yang mendung dan... Aku tersadar di rumah sakit.
FLASHBACK ENDAku berdiri didekat jendela kamarku. Waktu itu dokter bilang bahwa aku terlalu sibuk bekerja hingga nutrisiku kurang. Tubuhku tidak dapat bertahan melawan rasa sakit, lelah dan pening yang terus aku alami saat bekerja. Dan sekarang ditambah saat.. Mona meninggalkanku.
"Apa kau sudah meminum obatmu?" Suara kak Rani dari arah pintu kamar.
Aku tidak menjawab sepatah katapun.
"Minumlah dan.."
"Aku tidak mau" Potongku. "Bukan itu fokusku sekarang"
"Tapi jika kau sakit bagaimana bisa kau.." Kak Rani tidak melanjutkan perkataannya.
Aku menoleh kearahnya. "Apa?"
Kak Rani melangkah menghampiriku. "Kau harus sembuh dan.. Temukanlah apa yang kau cari" Tiba-tiba aku melihat air matanya yang terbendung. "Tolong.. Jangan seperti ini. Kau menyakitiku jika seperti ini" Tangisan kak Rani pecah.
Tanpa berkata dan berekspresi aku memeluk kak Rani yang menangis.
"Aku tidak mau melihatmu seperti ini lagi.. Kau bilang ini kesalahpahaman maka selesaikanlah.. Buat Mona kembali kepadamu" Isak kak Rani.
Aku tidak menjawab. Aku hanya menepuk bahunya dengan lembut untuk menenangkannya.
***
Aku pergi keluar rumah untuk bertemu seseorang. Jaket kulit coklat, celana jeans, kaus putih bodystyle dan sneakers hitam melengkapi style ku hari ini.
Aku menunggu di teras cafe lantai dua sembari meminum kopi moccachino panas yang kupesan. Kacamata hitam yang ku kenakan menghalangi matahari pagi yang dapat menyilaukan mataku.
"Pagi tuan"
"Silahkan duduk" Ujarku tanpa menoleh.
Pria dengan kaus hitam, jeans dan rambut panjang duduk dihadapanku.
"Tugasmu adalah.." Aku menyerahkan sebuah foto dihadapannya. "Temukan dia dan langsung katakan kepadaku"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boss,My Sweet Couple
RomanceSemua orang takut dengannya.. Kecuali aku. Aku hanya takut kepada Tuhan