-Penulis-
"Hallo" jawab Malik.
"Tak kusangka kau datang secepat itu.. Malik Khan"
"Dimana pak Adli?" tanya Malik dengan marah.
"Tenang tenang. Bayangkan saja seperti ini. Jika kau dengan cepat bertemu dengan pak Adli maka permainan akan cepat selesai"
Tiba-tiba 10 orang dengan membawa kayu ditangan masing-masing datang dan melingkar di sekitar Malik dan Mona.
"Aku yakin anak buahku sudah tiba disana dengan selamat"
Baik Malik maupun Mona bingung dengan keadaan yang sedang terjadi. Malik berdiri dihadapan Mona untuk melindunginya.
"Jangan main-main!" bentak Malik.
"Apa saya bermain-bermain dengan yang saya katakan? Kau pasti sudah hilang akal. Baiklah, daripada berlama-lama mari kita mulai saja permainannya"
Telponnya terputus. Malik tidak menghiraukannya, ia hanya menghirukan apa yang sedang berdiri dihadapannya.
Satu persatu mereka mulai menyerang Malik dan Mona. Setiap mereka menyerang Mona, Malik selalu mengorbankan tubuhnya untuk melindungi Mona.
Malik memberikan tinju kepada semua orang itu, ia tidak berhenti meskipun sekarang diwajahnya terdapat memar akibat terkena pukulan. Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar dan di dahinya terdapat luka goresan.
"Oh tuhan selamatkan kami. Selamatkan Malik, jangan biarkan ia terluka" doa Mona yang berdiri 2 langkah di belakang Malik.
Doa Mona langsung tiba pada tuhan dan tuhan mengabulkan doanya. Tidak butuh waktu lebih lama, Malik mampu menghabisi mereka semua dalam sekejap.
Malik yang terengah-engah menoleh kebelakang dan menghampiri Mona.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Malik sembari memegang wajah Mona dengan khawatir.
"Ayo kita pergi" ajak Malik.
Malik segera menggenggam tangan Mona dan berlari melanjutkan pencarian.
Malik dan Mona masuk kedalam gedung tua tak terurus itu. Mereka membuka setiap pintu dengan harapan, baik pak Adli maupun Arman segera ditemukan.
Mereka naik kelantai 2 dan sebuah pintu mencurigakan menarik perhatian Malik.
Malik mendobrak pintu terkunci itu dan menemukan pak Adli di dalamnya dengan keadaan mengkhawatirkan.
Wajah yang penuh memar, darah yang keluar dari sudut bibir pak Adli dan tali yang mengikat tangan, kaki dan tubuhnya di kursi.
"Pak Adli" Malik segera masuk kedalam dan menolong pak Adli.
"Pak Adli, sadarlah" ujar Malik sembari melepas ikatannya bersama Mona.
"Tuan.. Tuan disini.. Ini sangat berbahaya. Kembali-lah" ujar pak Adli dengan lemah.
"Selama karyawanku dalam bahaya, aku tidak akan pergi"
Mona merasa tersentuh dengan perkataan Malik.
"Ayo pak Adli. Anda bisa berjalan?" tanya Malik sembari membantu pak Adli berdiri.
"Bisa" jawab pak Adli.
Dengan bantuan Malik, pak Adli berjalan dengan tertatih menuju mobil.
Saat mereka keluar dari gedung tersebut sebuah mobil polisi dan ambulan datang.
"Saya menelpon polisi untuk membantu sebelumnya" ujar pak Adli.
Malik dan Mona membawa pak Adli menuju ambulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boss,My Sweet Couple
RomanceSemua orang takut dengannya.. Kecuali aku. Aku hanya takut kepada Tuhan