Chapter 64

3.4K 128 3
                                    

-Malik-

Jam pulang karyawan. Aku berdiri di pintu belakang. Aku menunggu seseorang yang dapat membuat perasaanku lega hanya dengan melihatnya.

Dugaanku benar. Dia keluar lewat pintu belakang. Kami saling berhadapan dan bertatapan. Entah kenapa rasa hampa yang selama ini aku rasakan tiba-tiba saja hilang. Seperti setitik cahaya sedang menerangi diriku.

***

Kami pergi ke taman disamping mall. Aku menatapnya tapi dia memalingkan wajahnya dariku.

"Apa kabar?" Tanyaku.

"Kau ingin bertemu denganku hanya untuk menanyakannya?" Ketusnya.

Dadaku sedikit merasa sesak mendengar jawabannya.

"Bagaimana.. Dengan keluargamu?"

Mona menoleh kearahku. Dia menatapku tajam.

"Keluargaku? Keluarga yang telah kau hancurkan atau keluarga baruku yang akan kau hancurkan?" Jawabnya.

"Apa yang kau tau, itu semua tidak benar. Memang aku menginginkan tanah itu tapi mana mungkin aku melakukan hal serendah itu?"

"Siapapun dapat melakukannya terlebih kau adalah orang yang membulatkan tekadmu. Jika memang tekadmu untuk mendapatkan tanah itu maka apapun akan kau lakukan" Ujarnya dengan marah.

"Bagaimana caraku supaya kau percaya? Aku berani bersumpah bahwa aku tidak melakukannya" Aku mulai putus asa atas sikap keras kepala Mona.

"Buktikan kepadaku bahwa bukan kau yang menyakitiku" Air mata Mona menetes. "Buktikan bahwa bukan kau.. Yang memisahkanku dengan keluargaku"

"Bagaimana caraku membuktikannya? Bagaimana caraku menunjukkannya?"

"Pergilah ke para penjahat itu dan bawa mereka ke hadapanku. Minta mereka mengatakan yang sejujurnya! Jika kau tidak bisa membuktikannya maka.. Menghilanglah dari pandanganku"

Mona pergi meninggalkanku. Dadaku semakin terasa sesak. Setitik cahaya yang kulihat sebelumnya menghilang. Sekarang hanya kegelapan yang menyelimuti diriku.

***

Selama 3 hari aku tidak pergi ke kantor. Aku menyibukkan diriku dengan fokus kepada proyek yang sempat tertunda.

Siang aku pergi bekerja dan malam kuhabiskan di bar. Aku memesan bir dan mabuk semalaman.

Aku berfikir bagaimana bisa aku pergi ke pelakunya dan menyeretnya untuk mengatakan yang sebenarnya? Bahkan surat perjanjian, laporan aset.. Semua itu dapat pecundang itu manipulasi, jadi dia pasti sudah berfikir bahwa aku akan datang kepada preman itu dan membawanya kehadapan Mona.

"Kau sangat mabuk. Mau kupanggilkan taksi?" Tanya bartender wanita yang mengenakan pakaian hitam dengan kerah v yang menunjukkan sedikit belahan dadanya.

"Aku tidak butuh taksi" Gumamku.

Sial kepalaku sangat sakit. Rasanya mau muntah. Sepertinya aku terlalu banyak minum.

"Lalu apa yang kau butuhkan? Teman yang bisa menemanimu tidur?" Bisiknya.

Aku mendongakkan kepalaku dan menatapnya dengan pandangan kabur.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang