Chapter 36

4.7K 162 3
                                    

-Penulis-

Mona duduk bersama pak Adli sembari ditemani angin dingin yang menerpa mereka.

"Jika kau menginginkannya maka kau harus bersabar. Jika kau mengatakan bahwa kau mencintainya bukan berarti kau sudah melepaskan bebanmu. Tapi kau menambahkan beban kepada orang itu. Jika ia tidak menceritakan segalanya kepadamu bukan berarti ia tidak menginginkanmu. Bisa jadi karna ia ingin melindungimu dari sesuatu" ujar pak Adli.

"Jika ia tidak mengatakannya bagaimana bisa aku tau apa yang sedang terjadi?" tanya Mona.

"Kau harus bisa membaca keadaannya. Lihat sekelilingmu, apa semuanya sudah baik-baik saja atau belum? Malik belum bisa mengatakan perasaannya. Dia masih bingung akan masa lalu dan masa sekarang. Bantu dia. Bantu dia untuk menemukan, siapa orang yang berarti baginya sekarang ini"

Perkataan pak Adli membuat Mona berfikir. "Jika Malik tidak mengatakan apapun berarti aku harus mencari tahu. Mungkin pak Adli benar. Aku akan membuat Malik mengerti bahwa didunia ini banyak orang yang mau mendengarkan kisahnya, jadi dia tidak sendiri" batin Mona.

***

Sepulang kerja Malik merebahkan dirinya diatas sofa di ruang tamu. Malik terus memikirkan kejadian saat ia bertengkar dengan Mona. Terlebih saat Mona terlihat kecewa akan perkataannya dan pergi begitu saja.

"Kau baru pulang?" tanya Arya yang keluar dari ruangan kerjanya.

Malik merubah posisi tidurannya menjadi duduk. Arya duduk di kursi samping sofa.

"Kakak belum tidur? Ini sudah jam 10 malam" jawab Malik.

"Banyak pekerjaan kantor yang harus aku bereskan" jawab Arya yang menatap wajah Malik. "Kau baik-baik saja? Wajahmu seperti tidak punya semangat hidup" tanya Arya.

"Tidak apa-apa. Urusan kantor"

"Apa ada masalah? Dan.. Bagaimana dengan penjahat yang menghancurkan proyekmu? Sudah kau temukan?" tanya Arya.

"Sedikit-sedikit aku menemukan bukti tentang dirinya. Dia orang yang sama saat kasus penculikan Arman" jawab Malik.

"Bagaimana kau mengetahui hal itu?"

"Bodohnya dia memakai nomor yang sama saat menelponku dan manajer mall" jawab Malik.

"Kau harus berhati-hati Malik. Seorang penjahat bisa dimana dan siapa saja. Orang yang disamping, belakang.. Maupun depanmu"

Arya bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya.

"Alasan aku sedikit menjauh dari orang-orang adalah ini. Penjahat itu bisa saja ada di sekitarku dan ia tahu siapa orang-orang yang bersamaku. Dan bisa saja penjahat itu menyakiti orang lain untuk menghancurkanku" batin Malik.

***

Di apartemen Sonia sedang merasa kesal, marah dan sedih. Semua perasaan itu menjadi satu dan menyebabkan hatinya hancur berkeping-keping.

Untuk menghibur dirinya sendiri Sonia menuangkan wine mahalnya kedalam gelas dan meminumnya di kursi meja makan.

"Apa ini? Malik semakin dekat dengan wanita itu bahkan.. Bahkan dia berani menggenggam tangan wanita itu di hadapanku" Sonia tertawa didalam kesedihannya setelah mengatakan semua itu.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang