Chapter 17

7K 238 0
                                    

-Malik-

Aku terkejut melihat Rohan yang berdiri diambang pintu.

"Rohan?" ujarku tak percaya.

"Hello brother" sapanya. Kemeja putih dengan celana jeans. Gayanya tidak pernah berubah.

Rohan masuk ke ruanganku dan kami berpelukan melepas rindu. Tak lama kami melepas pelukan masing-masing.

"Apa kabar? Kau tidak pernah mengabariku lagi" tanyaku.

"Maaf kak. Kuliahku padat" jawab Rohan dengan senyumannya.

"Dasar. Kau mau minum apa?" tanyaku.

"Tidak usah. Aku akan membelinya sendiri dibawah"

"Kalau begitu silahkan duduk. Kita ngobrol-ngobrol dulu" ajakku.

"Tapi kak aku mau minum. Aku akan kebawah sebentar dan membeli minuman juga untukmu"

"Kau baru datang. Biar asistenku saja yang membelikannya" saranku.

"Kakak tau aku tidak suka membelikan atau dibelikan sesuatu oleh orang lain. Aku akan membelinya sendiri" Rohan keluar ruangan.

Sebenarnya Rohan bukan adikku secara langsung. Dia sepupuku. Ibunya adik kakak dengan ibuku. Dia kuliah di Amsterdam jurusan Hukum. Ia dulu sering pulang pergi ke India bersama ibunya, tapi semenjak ayahnya meninggal ia tidak pernah kemari. Ini pertama kalinya sejak 2 tahun yang lalu.

TOK TOK TOK

"Masuk" ujarku sembari kembali duduk dikursiku.

Mona masuk ke ruanganku dengan tas selempang dibahunya.

"Mau kemana?" tanyaku.

"Saya izin pulang lebih awal. Ada urusan keluarga"

"Kau baru datang dan sudah mau pergi lagi? Apa kau melakukannya hanya supaya gajimu tidak dipotong?" tanyaku dengan sedikit kesal.

"Bukan seperti itu. Saya lupa kalau.. Kalau hari ini.. Adalah hari penting bagi keluarga saya. Jauh hari saya sudah berjanji kepada keluarga saya, jadi.. Saya mohon izinnya"

Tiba-tiba aku teringat tentang bagaimana keluarganya memarahinya hari ini. Apa mungkin urusan itu masih belum selesai?

"Saya izinkan. Pulanglah" jawabku sembari membuka map dimejaku.

"Terima kasih" ujarnya dengan senang.

Dia pergi keluar. Semoga ia tidak dimarahi lagi.

****

Sudah 1 jam berlalu. Dimana Rohan? Apa dia terlibat masalah? Aku akan mencarinya.

Aku turun dari lantai 5 kelantai 3. Dari lantai sini saja aku bisa melihat Rohan dengan... Mona? Kenapa dia masih disini? Dia sudah izin pulang sebelumnya? Akan kususul mereka.

"Ada apa ini?" tanyaku setibanya aku ditempat mereka berdiri.

Dan mereka menjelaskan apa yang terjadi.

***

15 menit kemudian.

Setelah Mona pergi, aku dan Rohan kembali ke ruanganku.

"Wanita tadi langsung pergi saat kakak menyuruhnya. Padahal dia sedang mencari hadiah" ujar Rohan sembari duduk di sofa.

"Hadiah? Untuk siapa?" tanyaku yang duduk dihadapannya.

"Entahlah aku tidak menanyakannya. Dia hanya bilang kalau dia sedang mencari hadiah"

Apa mungkin.. Firasatku bilang kalau itu untuk kakaknya. Aku jadi merasa tidak enak. Dia pergi saat aku menyuruhnya.

"Kak Malik, aku akan ke rumah sebentar" ujar Rohan.

"Kerumah siapa?" tanyaku.

"Aku merindukan nenek, bibi dan kak Rani" jawab Rohan.

"Baiklah hati-hati dijalan"

Rohan melambai dan pergi keluar ruanganku sedangkan aku kembali bekerja. Tapi pekerjaanku tidak akan selesai jika aku memikirkan Mona sekarang ini.

Ahh aku akan pergi berjalan-jalan dibawah. Siapa tau aku bisa melupakan rasa tidak enakku kepada Mona.

Aku berkeliling sembari inspeksi toko seorang diri. Dan langkahku berhenti di toko Saree yang lumayan ramai.

Aku melihat Saree yang terpajang di patung. Saree indah dengan warna merah muda. Aku masuk kedalam toko tersebut dan melihat saree merah muda tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Aku menoleh kearah SPG tersebut.

"Oh ya ampun tuan Malik. Apa ada yang mau anda beli?" tanya SPG yang terkejut melihatku.

"Tolong bungkus rapih saree ini. Dan.. Berikan 2 kartu didalamnya" ujarku.

"Apa tulisan didalam kartunya?"

"Tulisannya..."

Aku memberitahunya apa yang harus dia tulis dan kartu yang satunya adalah sesuatu yang aku tulis sendiri. Tak lupa aku menulis surat untuk Mona.

Setelah barang itu dikirim dengan pengiriman kilat aku kembali bekerja.

***

Pukul 9.00 malam.

Aku berada di lobby untuk pulang. Aku meminta vallet perusahaan mengambil mobilku.

Hujannya deras sekali malam ini. Anginnya pun kencang. Seperti badai hujan.

"Dimana supir vallet nya? Saya sudah menunggu dari tadi" omelku ke bagian pelayanan vallet.

"Maaf pak dia sedang dalam perjalanan menuju kemari" jawabnya.

"Ini sudah malam. Kau menyuruhku pulang larut malam? Jika pelayanan seperti ini ke atasan kalian bagaimana sikap kalian dengan investor perusahaan saya?!" marahku.

"Maaf pak bukan begitu..."

"Saya tidak mau mendengar alasanmu. Telpon rekanmu itu dan minta ia datang segera!" ujarku.

Dia langsung mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang.

"Pak Malik.."

Aku menoleh kearah sumber suara yang memanggilku. Mona? Sedang apa dia di perusahaan malam-malam seperti ini?

"Kenapa kau disini?" tanyaku kepada Mona yang berdiri 2 meter dariku.

"Saya..." Mona hendak menjawab.

"Pak Malik..."

Aku menoleh kearah sumber suara dari belakangku.

Bersamaan dengan petir yang cukup kencang, aku merasa benar-benar terkejut melihat orang yang berada dihadapanku.

"Apa kabar.. Pak Malik?"

"Hei, kau disini?" suara Rohan dari belakang Mona. Pandanganku beralih ke Rohan. Mona pun melakukan hal yang sama.

Sebenarnya ada apa ini? Kenapa.. Kenapa semua orang ada disini?

Angin kencang, hujan yang deras ditambah suara petir yang menyambar seolah-olah menggambarkan perasaanku saat ini.

"Sedang apa kalian semua disini?" tanyaku.

"Aku..." jawab mereka bersamaan.

TBC

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang