Chapter 50

3.6K 120 1
                                    

-Mona-

Aku melihat Malika yang memeluk Malik dengan sangat erat. Belum sempat aku berfikir tentang apa yang terjadi, aku melihat amplop coklat tebal di tangan Malika.

Aku tidak marah Malika memeluk Malik seperti itu karena aku tau alasannya. Lagipula Malik tidak memeluknya balik tapi hanya menepuk-nepuk punggungnya dengan perlahan.

Malik menoleh kearahku dan seketika ekspresinya berubah menjadi bingung dan takut.

Tak lama Malika melepas pelukannya. "Maafkan saya pak. Saya terlalu bahagia hingga tidak sadar bahwa saya memeluk anda terlalu lama" Ujar Malika. "Kalau begitu saya permisi dulu pak" Malika berjalan menuju pintu.

Aku segera mencari tempat persembunyian dengan berjongkok di bawah meja sekertaris Malik.

Malika sudah pergi dan aku masuk kedalam ruangan Malik. Malik sudah berada di kursinya sembari membaca isi dari map merah yang ia pegang.

"Saya kemari untuk memberika ini" Ujarku sembari meletakkan map hijau dihadapannya.

"Apa ini?" Tanya Malik.

"Ini laporan keuangan triwulan yang anda minta. Sudah saya susun dengan rapih jadi anda tinggal membacanya saja"

Malik membuka mapnya. "Apa yang kamu lihat bukan apa yang ada difikiran kamu" Ujar Malik tanpa menoleh kearahku.

"Memangnya apa yang saya fikirkan?"
"Saya harap bukan sesuatu yang buruk" Jawab Malik.

"Yang saya fikirkan adalah beruntungnya memiliki lelaki pengertian"

Mendengar perkataanku Malik mendongak dan menatapku penuh tanda tanya.

"Awalnya aku khawatir kamu tidak akan mendengarkanku dan mengabaikan Malika tapi.. Kau memang luar biasa" Ujarku dengan malu-malu.

"Apa kau baru tau kalau aku luar biasa?" Tanya Malik dengan senyuman lebar diwajahnya.

Tiba-tiba secara bersamaan handphoneku dan Malik berbunyi, menandakan sebuah pesan masuk.

Makan malam dirumah Malik Khan sepulang kerja. WAJIB!
from : kak Rani.

"Wanita itu kalau menyuruh orang seenaknya saja. Aku ada rapat lagi" Gerutu Malik.

"Kau mendapatkan pesan yang sama sepertiku?" Tanyaku.

"Apa itu dari kak Rani? Makan malam dirumahku?"

Aku mengangguk menjawab pertanyaan Malik.

"Nanti kita pulang bareng"

"Bukankah kau bilang ada rapat? Tidak apa2 aku berangkat sendiri saja. Nanti akan kujelaskan ke orang rumah bahwa ada rapat yang tidak bisa kamu hindarin" Ujarku.

Tiba-tiba Malik menekan nomor 1 pada telponnya yang langsung menuju sekertarisnya.

"Batalkan rapat hari ini. Kita tunda besok"

Aku terkejut mendengar ucapan Malik. Setelah sekertarisnya menjawab, Malik menutup telponnya.

"Kenapa dibatalin?" Tanyaku bingung.

"Aku tidak pernah makan malam bersamamu. Kejadian langka jangan disia-siakan" Jawab Malik dengan senyuman lebar diwajahnya.

Ekspresi wajahnya seperti anak kecil yang begitu bahagia. Melihatnya seperti itu, akupun merasa sangat bahagia.

***

Pukul 9 malam. Waktunya pulang.

"Mona" Pak Adli datang dengan beberapa lembar kertas.

"Ya pak?" Jawabku.

"Bisakah kau membantuku? Aku harus memfotocopy kertas-kertas ini. Sekertaris tuan Malik pulang lebih awal karena anaknya sakit. Fotocopy disini sedang rusak. Kalau boleh tolong fotocopy semua ini di toko tak jauh dari sini" Ujar pak Adli sembari memberikan kertas-kertas itu.

Aku mengambilnya dan saat aku lihat itu isinya adalah laporan pengeluaran atas proyek Malik.

"Baiklah. Saya akan kesana segera"

"Tolong ya Mona. Saya harus bertemu beberapa investor bersama tuan Malik" Ujar pak Adli.

Aku mengangguk dan pak Adli pergi dari ruanganku.

"Apa aku temani?" Anjeli menawarkan diri.

"Tidak apa aku bisa sendiri" Jawabku.

"Hati-hati dijalan" Ujar Arman.

"Tentu" Jawabku.

Teman-temanku pulang semua sedangkan aku pergi untuk memfotocopy.

Selesai fotocopy aku kembali ke mall. Jalan mulai sepi karena hari mulai malam. Aku berdiri di tepi jalan menunggu lampu penyebrangan berubah menjadi warna hijau.

Keadaan begitu hening, aku sedikit takut. Akan kupasang earphone yang kubawa.

Lampu penyebrangan berubah menjadi warna hijau. Aku mulai melangkah ke tengah jalan. Musik terus berdendang ditelingaku hingga aku tidak menyadari apapun. Yang aku tau hanya seseorang mendorongku kebelakang hingga aku kembali ke tepi jalan tempat aku berdiri.

"Ahhh" Erangku menahan sakit karena lutut dan tanganku berdarah akibat dorongan yang sangat kencang.

Dengan sekuat tenaga aku menghampiri kerumunan dan..

"Ya tuhan!!!"

TBC

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang