Chapter 42

4.4K 153 4
                                    

-Penulis-

Malik menatap Mona dengan tatapan penuh kasih sedangkan Mona menatap Malik dengan tatapan bingung dan sangat terkejut.

"Apa yang baru saja aku dengar? Apa ini mimpi? Tidak mungkin Malik mengatakannya" batin Mona.

Malik tersenyum melihat ekspresi Mona.

"Kau pasti berfikir, apa yang sedang aku lakukan dan.. Bagaimana bisa aku mengatakannya. Benar?" tanya Malik.

"A-aku.. Hmm.." Mona seolah kehabisan kata-kata karna ia tidak menyangka bahwa Malik akan mengatakan sesuatu yang selama ini ia katakan kepada Malik.

"Jika kau bertanya apa ini benar, maka jawabannya ini bukan mimpi. Jika kau bertanya apa aku serius, maka jawabannya hubungan bukanlah untuk dipermainkan. Dan jika kau bertanya kenapa aku seperti ini.. Jawabannya karena aku membutuhkan mu" ujar Malik dengan tulus.

"Ya tuhan.. Rasanya aku akan meleleh. Bagaimana bisa pria tukang marah seperti dia mengatakan.. Mengatakan hal yang sangat menyentuh seperti itu?" batin Mona.

Tanpa mereka berdua sadari, dari arah tangga paling bawah Sonia memperhatikan mereka dengan air mata yang menetes.

"Tatapan itu.. Senyuman itu.. Itu semua hal yang paling kurindukan, yang paling ku inginkan tapi.. Dia melakukannya dengan orang lain.. Itu.. Itu.. Sangat menyakitkan" batin Sonia. Dia sangat terpukul akan apa yang ia lihat.

Tidak hanya Sonia, bahkan dari tangga paling atas Rohan menatap Malik dan Mona dengan tatapan sakit. Tapi ia tidak tetap diam disana, ia segera pergi dengan perasaan kesalnya.

Sonia yang berdiri lemas dengan pakaian khas india berwarna merah muda dan kepala yang ditutupi dupatta, membalikkan tubuhnya dan membelakangi Malik dan Mona.

"Seharusnya aku tidak kemari.. Seharusnya aku tidak kemari.." sesal Sonia dalam hati. "Tapi.. Kedatanganku kesini bukan untuk hal seperti ini. Aku datang untuk menyelamatkan Malik"

FLASHBACK
Pukul 05:00 am

Handphone Sonia berdering diatas meja lampunya. Sonia bangun dari tidurnya dan mengangkat panggilan itu.

"Sonia disini" jawab Sonia setengah sadar.

"Pagi"

Dalam seketika Sonia membuka matanya. Suara yang selama ini ingin ia hindari setelah insiden penabrakan itu.

"Mau apa kau menelponku?" ketus Sonia.

"Kau terlalu kaku. Aku hanya ingin meminta bantuan kecil" jawabnya.

"Aku tidak akan melakukannya" jawab Sonia.

"Aku bahkan belum mengatakannya. Dengar, besok keluarga Malik akan pergi berziarah. Tugasmu sederhana, hanya datang kesana.. Dan bawakan nenek Malik kepadaku"

Sonia terkejut mendengarnya. "Kau memintaku menculiknya? Apa kau sudah gila? Aku tidak mau melakukannya. Aku tidak mau berurusan dengan polisi lagi"

"Tapi kau harus melakukannya. Apa kau lupa bahwa saat kau terjerat masalah dengan polisi siapa yang membebaskanmu dengan mudah? Dan juga.. Siapa yang bisa menjadikanmu seorang dokter seperti sekarang?"

"Ibuku yang membawaku sejauh ini. Ibuku yang menjadikanku seorang dokter!" marah Sonia.

"Sebuah keluarga kecil.. Hanya ibu dan anaknya tinggal di depan toko orang lain.. Ibu yang memiliki penyakit serius dan harus segera di operasi.. Apa kau fikir semua itu.. Gratis?"

Sonia meneteskan air mata pada masa lalunya yang kelam.

"Ya ya ya aku tau bahwa sekarang kau sebatang kara tapi.. Bukankah sebagai manusia berbudi pekerti harus membalas jasa orang yang telah membantunya?"

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang