Chapter 44

4.3K 141 10
                                    

-Malik-
Aku dan Mona pergi menuju tempat terakhir GPS Rohan menghilang.

Jalan panjang didepan kami. Tidak ada hutan, hanya jurang disebelah kanan dan tebing tinggi disebelah kiri.

Sebenarnya apa yang dilakukan Rohan ditempat seperti ini? Dan kenapa jejaknya menghilang disini?

"Stop!" Ujar Mona yang terus memperhatikan arah kami di GPS.

Aku menepikan mobil audi sport hijau yang aku bawa.

"Apa ada pergerakan?" Tanyaku.

Mona menoleh kearah kanan. Tiba-tiba ia turun dari mobil. Aku mengikutinya.

"Mona katakan sesuatu" Ujarku sembari berlari megikutinya menyebrang.

Kami berdiri dipinggir jurang tanpa pembatas jalan.

"GPS nya berhenti disini. Terakhir Rohan disini"

Aku terkejut mendengar perkataan Mona. Aku melihat sekeliling dan tempat ini bukan tidak dikasih pembatas, tapi pembatasnya telah rusak. Pembatasnya putus.

"Dibawah sana.. Disana laut Mona" Ujarku tidak percaya.

"Kita harus kebawah dan melihatnya. Kita harus pastikan kalau Rohan baik-baik saja" Ujar Mona.

"Tidak mungkin jika kita kebawah. Aku akan memanggil polisi" Ujarku.

***

Dalam waktu 30 menit polisi datang. Mereka membawa truk pengangkut benda berat. Aku dan Mona hanya memperhatikan dari jauh.

Seorang inspektur menghampiri kami.

"Siang. Apa anda Malik, yang melaporkan kejadian aneh disekitar sini?" Tanya inspektur itu.

"Ya saya. Bagaimana, apa mobilnya sudah diangkat?"

"Sebelumnya saya mau bertanya, apa anda tau apa yang terjadi?" Tanya inspektur.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi tapi yang pasti saya sedang mencari adik saya dan GPS nya berhenti di tempat ini"

Inspektur itu mengangguk. "Kalau begitu mari kita lihat" Ajaknya.

Kami bertiga berjalan menuju mobil yang dalam keadaan sangat basah. Air deras keluar dari dalam mobil.

"Ada seorang korban tewas didalam mobil tapi..." Salah satu polisi mencoba membuka penutup mayatnya. Dari atas kepalanya saja sudaj terlihat bahwa dia sudah tidak utuh.

Aku segera membalikkan tubuh Mona dan memeluknya.

"Ada apa?" Tanya Mona.

Saat penutupnya terbuka penuh benar saja. Kita sudah tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Wajahnya seperti terkena hantaman benda keras dengan sangat kencang.

Aku melepas pelukanku dan memegang wajah Mona.

"Tunggu di mobil. Aku akan kesana sebentar lagi" Ujarku.

Mona mengangguk dan pergi kedalam mobil.

"Sangat disayangkan. Apa ada ciri khusus yang bisa membuktikan bahwa ini adik anda?" Tanya inspektur.

"Tolong lakukan tes DNA, saya..." Ucapanku terhenti saat aku melihat cincin dijari manisnya. Rohan sangat anti dengan yang namanya perhiasan tapi.. Pria ini mengenakan cincin emas yang paling Rohan benci. Ini sudah pasti bukan Rohan. Aku yakin itu.

My Arrogant Boss,My Sweet CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang