-Malik-
"Apa anda butuh sesuatu?"
Pertanyaan itu memecahkan khayalanku. Aku sadar bahwa apa yang terjadi itu hanya imajinasiku.
"Apa anda butuh sesuatu tuan?" tanya salah satu pegawai rumah makan.
"Tidak. Kau boleh pergi" jawab Malik.
Setelah pegawai itu pergi aku kembali menoleh ke Mona yang sedang menyeka air matanya.
"Kenapa kau menangis? Apa karna keluarga dibelakangku?" tanyaku.
"Anda tidak akan pernah tau apa yang saya rasakan" jawab Mona sedikit ketus.
"Tidak akan ada yang tahu sampai kau yang memberitahunya"
Mona menatapku.
"Kau merasa sedih dengan masa lalu? Jangan terlalu sering melihat kebelakang. Kau harus melihat kedepan supaya bergerak maju" nasihatku.
"Dengan mudah anda mengatakannya. Pernahkah anda kehilangan seseorang yang anda cintai dan sayangi? Pernahkan anda merasa bahwa anda begitu lemah? Apakah anda tahu rasanya kehilangan?"
Andai kau mengetahuinya, maka jawaban dari semua pertanyaanmu adalah PERNAH.
"Anda tidak pernah merasakannya bukan? Makanya anda menyuruhku untuk tenang" protes Mona.
"Tidak hanya itu. Bahkan aku kehilangan semuanya"
Mona yang mendengar jawabanku terdiam sembari menatap bingung.
"Semua orang berkata bahwa aku orang yang egois. Aku bahkan tidak tau apa itu egois. Yang aku tau hanya apa yang kulakukan adalah untuk keluargaku. Aku tidak mau mereka sedih melihat penderitaanku. Dengan bersikap dingin, angkuh dan arrogant setidaknya mereka tau bahwa aku tidak terluka. Bagaimana denganmu? Kau terus sedih karna keluargamu yang hilang. Bagaimana dengan keluargamu yang bersamamu? Paman, bibi.. Bahkan kakak yang selalu mengkhawatirkanmu" ujarku.
Aku mengalihkan pandanganku dari Mona dan kembali memakan makananku.
"Aku bisa mengerti kalau kau hanya memikirkan perasaanmu. Di umurmu wajar jika kau belum bisa memikirkan orang lain selain dirimu" lanjutku tanpa menatap matanya.
Selesai makan aku melihat ke piring dihadapan Mona. Ia tidak melanjutkan makannya.
Aku menatapnya. "Kau tidak selera makan? Padahal kau yang memesan. Kalau kau sudah selesai akan kubayar semua"
Mona mengangguk dan pergi keluar untuk mencuci tangannya disusul olehku.
Aku melihat Mona berdiri disamping mobilku. Kenapa ia disana? Aku menghampirinya.
"Oh tuhan mobilku" aku benar-benar terkejut melihat seluruh ban mobilku hilang.
Mona memberikan sebuah surat. Aku mengambil dan membacanya.. Ini surat tilang. Damn!!!
"Kenapa kau tertawa?" tanyaku kepada Mona yang tertawa lepas.
"Saya sudah beritahu kalau ada larangan parkir. Dan sekarang..." Mona kembali tertawa geli sebelum menyelesaikan ucapannya.
"Ini semua karnamu" ujarku.
"Apa? Karnaku?" tanya Mona masih dengan tawanya.
"Kenapa setiap kali kita bersama selalu saja ada yang membuatku kesal?" geramku.
Aku membelakangi Mona sembari melihat taksi atau semacamnya. Seseorang meletakkan kain tebal dipunggungku. Aku membalikkan tubuhku untuk melihatnya.
"Saat saya mencuci tangan, saya meminjam selimut itu untuk anda. Anda pasti kedinginan, pakaian anda basah semua" ujar Mona dengan senyuman diwajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boss,My Sweet Couple
Storie d'amoreSemua orang takut dengannya.. Kecuali aku. Aku hanya takut kepada Tuhan