Kamu memilih bergabung dengan subtim Veritasensor saja. Alasanmu sederhana: masa lalu. Saat masih mahasiswa, kamu pernah mencoba membuat larutan injeksi yang diharapkan berfungsi meningkatkan kemampuan belajar pada tikus berbulu biru yang berukuran sekepalan tanganmu. Namun, larutan ciptaanmu malah membuat tikus itu terkapar, dan kamu diskorsing selama seminggu oleh kampus, karena itu adalah tikus langka yang harganya beberapa puluh ribu Oreo, sementara kamu menolak membayar denda yang dibebankan dekanat. Kautunjuk amplop Veritasensor sebagai pilihanmu. Pria itu mengangguk dan merobeknya.
Namun, sebelum itu, kamu merasa harus berpamitan dengan Leth. Kamu minta pria itu menunggu. Ia pun menghentikan aktivitasnya dalam merogoh isi amplop yang telah menganga itu.
"Aku tak bisa, Leth. Maaf. Ayahmu mungkin...."
"Kamu tidak...."
"Aku memaafkanmu, Leth. Aku memaafkanmu, pasti. Tapi sekarang aku tidak bisa ikut kamu pulang. Nanti kita makan apa, kalau aku tidak bekerja?"
Kamu mulai putus asa. Jemarimu membelai rambut Leth perlahan. Usapanmu kauhitung sedemikian rupa, agar Leth tidak kesakitan, sekaligus tidak merasakan itu sebagai gestur penuh kepalsuan. Untung, Leth tertipu. Dalam hati kamu bersyukur, program Sanomat belum benar-benar jalan. Leth luluh dalam maaf yang kamu berikan, rela pulang setelah kaubujuk beberapa menit lamanya. Untung pula, pemuda berkacamata hitam itu mau menunggumu.
Leth telah berlalu. Sang pemuda menyeringai. Mungkin ia semringah karena kini kamu sepenuhnya ia kuasai. Ia menyapamu dengan jemawa.
"Jadi, bagaimana?"
Kamu mengangguk lemah, "Veritasensor. Bulat."
"Sudah tahu cara kerjanya?"
Kamu menggeleng. "Dugaanku, Veritasensor adalah... adalah tim yang nanti mengerjakan sensor pikiran? Sensor pikiran akan ditanam ke tubuh orang-orang.... Lebih tepatnya ke.... Ke kepala orang? Kepala seluruh warga?"
Kata-katamu perlahan terbata. Ide soal sensor memang sedari tadi sudah melintas di benakmu. Namun, soal cara instalasinya, jujur saja, kamu baru tersadar sekarang.
"Benar sekali."
"Cara pemasangannya nanti bagaimana?"
"Jangan tanya aku," ujar pemuda itu sambil melengos, "itulah pertanyaan yang harus timmu pecahkan."
*
Hari pertama kamu bergabung di komitariat, kamu disambut oleh seorang resepsionis. Ia menyodorimu beberapa lembar brosur yang harus kamu pelajari dalam satu jam, sambil menunggu pimpinan datang, katanya. Rupanya, yang kamu ketahui terlebih dahulu justrulah informasi yang datang dari proyek tim sebelah--proyek yang tidak kamu pilih--yaitu Veritaject.
Veritaject ialah proyek yang sangat rahasia, sekaligus sangat berbahaya. Disinyalir sudah ada lima sampai sebelas anggota komitariat mati atau hilang misterius dalam kurun enam bulan terakhir. Beberapa relawan diseleksi dan diterjunkan kembali, tetapi tetap saja, sebagian dari mereka lenyap tanpa bekas. Benar-benar mengerikan. Kamu jadi bersyukur telah memilih Veritasensor, ketimbang harus menyerempetkan dirimu ke bahaya.
Selanjutnya, kamu membalik brosur tentang tugas-tugas tim Veritasensor. Tugas utamamu di sini ada dua. Pertama, timmu akan mengembangkan panel sensor untuk ditanam ke badan setiap warga, agar isi hati dan kepala mereka yang sebenarnya bisa dipindai dengan mudah. Tugas pemindaian akan dilakukan oleh komitariat Veritaject, nanti. Ini sudah kamu ketahui, hanya dari nama proyek ini.
Tugas keduamu yang membuat sakit kepala sesaat: menguji bagaimana panel sensor kejujuran bekerja saat sudah ditanam ke badan seseorang; yaitu pada saat orang tersebut berada dalam keadaan santai, maupun dalam keadaan panik. Bagaimana mungkin, ini bisa dilakukan? Berapa lama waktu yang ingin ditargetkan pemerintah? Bagaimana kalau kamu gagal? Atau, jangan-jangan semua proyek sains ini adalah kanal menuju pemandian umum bertajuk "bunuh diri"?
Tanpa sadar, sejam telah berlalu. Resepsionis memanggilmu buru-buru. Kamu, sendirian saja, diajaknya melewati sebuah lorong panjang yang menghubungkan ruang resepsi dengan teras. Ujung teras bermuara pada sepasnag gerbang besar, memagari gedung yang berbeda lagi. Gerbang itu sangat tinggi, dengan kabel-kabel berduri di puncaknya, dan diselingi beling di bidang datarnya. Di ambangnya ada seseorang tengah menunggu, hendak menyambutmu. Setelah cukup dekat, ia--sosok yang serasa tak asing bagimu--memperkenalkan dirinya (lagi).
Namanya Gilles.
Seketika, kamu merasa mual.
Tahan dulu muntahmu sebelum tiba di [12].
KAMU SEDANG MEMBACA
Conundrum Apropos
Science Fiction**The Watty's Award 2020 Winner: Science Fiction in Indonesian** **Cerita pilih-sendiri-petualanganmu** Negaramu, Augariana, lelah menghadapi kebohongan penduduknya, baik bohong putih maupun hitam. Wacana "Jujur Konsisten Lurus" mulai dicanangkan, d...