[115]

170 7 4
                                    

        

Semua tak bisa kauingat.

Ini di mana, sudah berapa lama, dan apa-apa yang berkaitan dengannya.

Sampai ketika bahu dan punggungmu menghantam keras bidang logam. Taksirmu ia lurus sempurna, kaupindai dari sensasi benturan yang solid. Setelah kauusap bahumu dan pandanganmu pulih seluruhnya, kamu memicing, hanya untukk mendapati kamu kini berada di sebuah fasilitas.

Lagi.

Salah. Bukan. Ini fasilitas yang lain. Sama sekali berbeda dengan Veritaject. Juga bukan gudang otak, kalau memang kamu pernah ke sana.

Dinding tempat ini putih semua. Bukan putih sempurna, melainkan sedikit gading seperti susu. Setidaknya, itulah yang bisa kamu lihat di bawah sinar lampu yang sudah setengah mati. Ia bekerlap-kerlip, hidup segan, mati pun enggan.

Kamu bangkit. Kedua lututmu masih lemas, nyeri bekas hantaman logam. Kamu paksakan diri untuk berdiri. Beruntung, sepatu botmu masih biasa diajak bekerja sama. Ia mencengkeram rapat partikel-partikel di lantai, membuatmu tegar, tidak terpeleset. Lalu dengan tersuruk-suruk, kamu melangkah di atas lantai itu. Licin, rupanya. Beberapa kali kamu nyaris terjerembap. Untung di sana banyak pegangan. Bisa kautambatkan tangan, kaugeserkan pelan.

Ada sebuah tangga, yang di puncaknya temaram oleh sinar oranye berkedut. Sementara di bawah, lorong memanjang sampai cukup jauh, dan di ujung sana ada sinar neon putih. Di tengahnya sama sekali gelap.

Pilihanmu jelas: panjat, meskipun kamu masih lemas sekali. Berjalan sampai ujung terlalu mengerikan. Kamu tidak tahu ada apa di ujung sana, dan jujur saja, kamu sudah terlalu lelah menjalani petualangan yang berputar seperti lingkaran setan ini.

Puncak tangga membawamu ke sebuah ruang mirip kabin pengendali. Di dalam sana, ada seorang wanita berambut cokelat. Tak asing. Di depannya, ada sebuah panel yang begitu rumit. Kauintai dulu panel itu. Ada peta sebaran isi pikir manusia. Porno atau suci. Perawan atau tidak. Patriarkis atau feminis. Sosialis komunis atau semifasis. Suka pekerjaannya atau tidak. Suka makan fettucini atau pilih pasta lainnya. Senang pedas atau tidak. Menyukai pria atau wanita. Ia menekan satu demi satu tombol dengan sangat cepat. Secepat itu pula pilihan kiri kanan lenyap dari layar. Sesekali ia menggeleng saat memilih. Kamu bertambah yakin siapakah itu.

"Manusia, di mana-mana standar ganda," decaknya sekali waktu.

Kamu positif.

Kamu menepuk bahunya. Ia berbalik.

Kalian bertukar senyum, lalu pelukan.

Ia menggeserkan bokong, memberimu tempat duduk. Membiarkanmu melihat isi kursi di sebelahnya. Semacam miniatur manusia yang begitu lucu. Wajahnya mirip sekali denganmu. Mungil, dengan raut bengal dan mata berkilat nakal.

Oke. Kamu tidak tahu akan seperti apa petualangan mengatur alam pikir manusia itu. Kamu juga tidak yakin itu sungguh Leth atau bukan. Yang penting, bersama seseorang, kamu punya tujuan.

Kalian bertiga siap menyambut petualangan baru.

Dengan kebohongan, ataupun dengan kejujuran.


TAMAT

Conundrum AproposTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang