[114]

147 8 1
                                    

        

Tak ada gunanya menerjang Gilles.

Ingat, ia cuma haring merah. Siapa yang ada di baliknya, kamu belum tahu. Bisa jadi Sanomat. Bisa jadi Solomat. Bisa jadi Zigurat. Atau bahkan Brio. Sangat bisa jadi, merekalah yang punya ide memakai rahim sebagai tempat pengembangan tumbuhan yang dimau Sanomat. Bukankah begitu?

"Begitu, ya?"

"Iya. Aku cuma mengikuti perintah. Kebetulan, wanita satu-satunya yang ada di sini," Gilles berhenti sejenak, sambil mengamati ke mana mata Sanomat memandang, lalu memberimu kode lagi, "Wanitanya cuma ada Leth."

Sejurus, kamu paham. Ia melarangmu menyebut nama Galea.

Namun, kamu telanjur berniat memberontak.

"Galea?"

"Oh, Galea tidak boleh dipakai. Dia aset buat kita. Buat negara," sahut Sanomat dengan penuh keyakinan. "Ia pentolan paling tepercaya kalau sudah menyangkut urusan JKL. Kita tidak bisa mengorbankan dia begitu saja."

"Lalu, Leth bisa?"

Sanomat tak menjawab. Dari lorong panjang tadi, muncul lagi seseorang. Tak asing bagimu, tetapi cukup untuk membuat Sanomat tergeragap.

Brio.

"Tadi kudengar ada omongan soal otak Profesor Tamara. Mana?"

Sesuai dugaanmu, fokus Sanomat teralih pada Brio. Ia menyapa Brio dan bersalaman dengan rekannya itu, lalu dalam sekejap saja, semua kembali membicarakan perjalanan dari Gudang Otak menuju rumah susunmu. Sanomat dan Brio bercakap-cakap di luar sebentar, sambil memberi komando untuk memesan truk. Mereka semua akan ikut, kata mereka. Sekarang, justru Gilles yang menggeliat-geliat gelisah, seperti cacing kepanasan. Dalam beberapa menit sebelum keberangkatan; kamu, Gilles, dan Leth dipasangi borgol di pergelangan tangan dan kaki masing-masing.

Ketika kalian berjalan menuju truk, kamu berkesempatan bersisian lagi dengan Gilles. Inilah pertama kalinya kalian bisa melanjutkan obrolan sejak kemunculan dua pimpinan negara itu di Gudang Otak.

"Bodoh. Kenapa kamu ngaku?"

"Aku sudah lelah berbohong, Gilles."

"Ya lelah sih bolehlah lelah. Manusiawi. Tapi ya jangan bodoh begitu juga. Sekarang kamu pikir, coba."

Kamu memotong ucapan Gilles ketika seorang prajurit topi bulu ayam memicing ke kalian bertiga. Seusai lewat dan ia memutuskan tidak menguping pembicaraan kalian, barulah kamu mendekatkan telinga ke wajah Gilles, pertanda ia boleh lanjut bicara.

"Pikir. Nanti stoples otakmu akan diambil siapa?"

"Sanomat."

"Salah. Pasti diambil Brio."

Astaga. Kamu sadar bahwa keputusanmu memberitahukan soal stoples otak itu benar-benar bodoh. Kamu lupa. Siapa saja yang ada di sana ketika kamu mengeluarkan stoples otak akan bisa mengambilnya. Bahkan sebelum kamu memasang harga, seperti rencanamu dan Leth dulu.

"Kamu yakin sekali?"

"Aku bukannya tidak tahu Brio."

"Kenapa tadi tidak kamu ceritakan?"

"Kita belum sampai sana," bisik Gilles. "Sanomat datang terlalu cepat. Atau ceritaku yang terlalu panjang."

Kalian tiba di bibir pintu truk.

Kamu mengutuk diri sendiri, seraya berpisah dengan Gilles.

Bahkan kamu belum berhenti mengutuk diri sendiri ketika pintu truk dan matamu ditutup kain hitam. Segera terbit keinginanmu untuk angkat kaki saja dari sini. Atau masuk ke dalam tanah dan tak keluar-keluar lagi.

Conundrum AproposTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang