[43]

631 74 18
                                    


Pertama-tama, Sanomat menggeleser balik pintu yang sudah ia buka. Setelah pintu menutup sempurna, persis di sebelah pintu, ada ruangan tambahan. Ruang itu tampak ganjil, dan sepertinya memang khusus dibuatkan untuk sebuah brankas kecil yang dimasukkan paksa.

Kode membuka brankas itu gampang, ternyata. Kamu mengikuti gerak jari Sanomat, sambil menghafalnya di kepala.

1-0-2-0-5-2. Kombinasi angka bulan dan tahun saat ini.

"Nah, lihat." Sanomat mengangkat gawai yang muncul dari balik pintu itu, mengangkatnya ke meja, lalu meletakkannya dengan hati-hati. Sengaja, ia tidak membahas gawai berbentuk tabung yang sudah duluan tergeletak di sana. Ia hanya menggesernya sedikit dengan sebelah tangan, untuk memberi ruang lebih bagi mesin barunya.

Mesin itu terdiri atas dua bagian. Bagian kiri berupa tabung sebesar sekitar lima puluh mililiter, terbuat dari kaca dua lapis yang cukup tebal. Ke dalam tabung, terjulur beberapa selang kecil yang ujung lainnya tersambung ke sebaris colokan yang berada tepat di bawah sebuah monitor. Di sisi lain monitor, terdapat celah kecil yang permukaannya bergerigi. Dugaanmu, itu tempat untuk mencetak hasil pemindaian.

"Nah. Ini namanya Readcorit. Pembaca pikiran dengan memindai ekstrak otak manusia. Ekstrak otak dituang ke dalam tabung ini, minimal 10 ml, atau kabelnya harus tercelup ke dalam ekstrak. Setelah itu, sambungkan kabel, nyalakan monitor. Pilih Settings, What to Read: Knowledge, Feeling, dan sebagainya. Ada banyak pilihan spesifik maupun general yang bisa kalian mintakan sesuai kebutuhan. Hasil bacaan bisa dicetak di sini."

Dugaanmu benar semua.

Seketika ada dua mulut menganga yang mengeluarkan suara "aaaaah". Kamu nyaris ikut melakukannya. Kamu ingat, masa kecilmu pernah dihabiskan dengan membaca legenda urban tentang perburuan bola mata di Charnell, distrik Augariana yang kini digantikan oleh Morewalk, dan mengingat Readcorit sebagai salah satu gawai yang dipakai untuk membaca isi kepala orang yang sudah mati. Bertahun-tahun kemudian, tepatnya hari ini, kamu baru menyadari bahwa cerita itu bukan sekadar legenda. Melainkan fakta.

Namun, tetap saja butuh beberapa detik sebelum kamu menyadari bahwa spesifikasi Readcorit di depan matamu sekarang sedikit lebih canggih daripada yang tergambar di legenda Charnell itu.

"Ini... ini Readcorit yang zaman dulu itu?"

Sontak, Sanomat menoleh ke arahmu, sementara kamu masih kebingungan dari mana datangnya keberanian hingga kamu bisa bertanya seperti itu kepada sang perdana menteri. Archer turut mendelik ke arahmu, tetapi jelas ia sembunyi-sembunyi.

"Beda. Yang dulu dibuat para ilmuwan Charnell itu lebih obsolet. Ini sudah kita mutakhirkan. Ada beberapa pembaruan sistem dan penambahan fitur."

"Otaknya harus orang mati?" tanya Archer.

"Kalau dulu ya. Kalau sekarang... susah didefinisikan. Otak mati akan lebih baik. Tetapi otak hidup juga sudah bisa. Asal kamu dapat ekstrak otaknya. Apakah otak bisa digerus sembari orangnya masih hidup? Pertanyaannya kan itu."

"Berarti butuh ahli bedah otak untuk melakukannya."

"Kira-kira begitu," tukas Sanomat, yang segera beralih ke gawai kecil berbentuk batangan di sebelah tabung. Sepertinya ia menghindari topik bedah otak ini. Kamu mencuri-curi pandang ke arah Deev atau Archer, mencari pembenaran. Mereka sempat melirikmu sekilas, tetapi langsung melengos dalam tak sampai dua detik.

Nantilah, pikirmu.

Seolah ia begitu cepatnya bisa lupa dengan gawai bertabung itu, Sanomat segera antusias dengan gawai yang berikutnya. Bentuknya menyerupai campuran antara pistol air dan semprotan bubuk merica yang sempat populer beberapa puluh tahun silam.

Conundrum AproposTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang