[46]

131 6 1
                                    

        

Spesifikasi Veritasensor? Tidak punya?

Tiga....

Dua....

Satu....

Pemindaian dimulai. Bunyinya bercericit seperti tikus, sebuah varian binatang yang juga sudah punah lima tahun yang lalu. Setiap kali gada alat itu menyentuh tonjolan tulang, lengkingan cericit meninggi, sampai menyakitkan telingamu. Semakin membuatmu tak bisa berpikir. Anehnya, di saat-saat seperti itu, teori-teori tentang faal jujur dan bohong berputar-putar dalam akal sehatmu. Teori satu: jaras parasimpatis yang aktif hanya ketika otak tidak dipacu kortisol, si hormon tembak-atau-lari. Teori dua: terpaksa-jujurnya manusia seiring melemahnya daya pikir dan daya reka fantasi usai darah dialiri benzodiazepine (kamu pun teringat video Hank Green yang seperti terkejang-kejang ketika menjelaskan The Truth Behind Truth Serum). Teori tiga yang kaupelajari di jurusan Psikologi dulu: tekanan rekan-rekan di lingkungan sosial yang sebagian besar diisi orang jujur (teori paling bodoh, tapi ada benarnya). Teori empat: aktifnya neurotransmiter tertentu di otak, bukan asetilkolin dan bukan dopamin, agar otak berfungsi luhur dalam arti yang sebenar-benarnya. Teori lima: persetan, betapa bodohnya kamu. Mengapa baru sekarang semua citra ini muncul, rutukmu tanpa suara.

"Sidik jarinya cocok, Kapten."

Sanomat mendeham. Kamu meronta, ingin protes. Percuma saja. Kekuatan borgol diperketat dari E menjadi F. Belum lagi Sanomat bertitah, si prajurit topi bulu rimbun memindai deretan laci dan daun pintu lemari sampai teliti sangat. Mereka kian mengangguk, menyeringai puas, berdecak-decak, dan bersuit-suit pertanda senang. Sasaran empuk sudah ada di depan mata, tinggal ditembakkan dengan....

"Oke, eksekusi dia. Solomat, sini."

Salah satu dari prajurit topi-kurang-rimbun maju. Cairan dalam spuitnya bening. Tidak berbusa. Taksirmu, juga tidak berbau dan tidak berasa.

Tidak mungkin itu Veritaject. Veritaject kental kesumbanya ketimbang jernihnya.

....Itu mungkin insulin....

Matamu berkunang-kunang. Solomat dan Sanomat tak lagi tampak berbeda.

....Itu mungkin sodium pentothal....

Sanomat terlihat begitu langsing. Ia menengadah ke angkasa, memanggil seorang malaikat bersayap di belikat dan berhalo di atas kepala.

....Itu mungkin sejenis arsenik....

Malaikat pun menurut, menggandeng ketiakmu, kanan dan kiri, menarikmu hingga membubung tinggi.

....Itu mungkin....

TAMAT


Sana, tidur. Mimpi indah bersama malaikat, ya.
Eh ya. Sebelum memejam total hingga lindap sadarmu, saksikan dulu serangan kejang Hank Green di sini. https://www.youtube.com/watch?v=uuFf3gecj8M
Terima kasih sudah menikmati Conundrum Apropos.

Conundrum AproposTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang