[58]

95 4 0
                                    

        

Kalian terus berpandangan. Belum ada keputusan.

"Undian saja," sahut Deev.

"Hei, tadi apa kubilang, heh? Formulanya tidak ada yang benar! Formula terbaru itu.... Mana, mana.... Kalian buang waktu saja. Sudahlah, ikut aku ke Gudang Otak saja," tukas Kirkin ketus. Jelas ia tak setuju metode undian, ataupun metode apa pun, selama itu bukan ke Gudang Otak. Archer terus menggeleng sambil mencebik ke arahmu, ketika Kirkin membelakangi. Ia menyuruhmu diam, jangan reaktif, terhadap bapak tua itu, selagi tangannya sibuk masuk ke saku celana sendiri, merogoh apa yang tak jelas.

Kamu jugalah yang pertama kali melihatnya mengangkat kertas itu keluar dari saku belelnya. Archer menggeleserkan kertas, hingga mendarat tepat di depan tanganmu. Segera kamu buka lipatan itu. Nomor seri yang berbeda lagi. Kali ini, berakhiran 3824.

Terlambat. Rupanya Kirkin melirik kalian sedari tadi.

"3824? Itu juga salah, Tolol! Formula itu bukan dari ekstrak buah efbiai. Apalagi pelepah siaie? Siapa yang kepikir kalau tiba-tiba Sanomat menyetujui formula yang itu?"

Tanpa angin dan hujan, Deev bangkit. Mukanya memerah. Dengan cepat, ia adangkan lengannya, kanan lalu kiri, tepat ke dada Kirkin. Mengungkungnya agar tidak bisa lari.

"Formula yang mana, Pak Kirkin yang terhormat? Formula lama yang mana?"

"Tidak ada! Tidak ada! Belum kita buat!" cuih Kirkin, selang-seling dengan kelebat kata-kata yang cepat meluncur dari mulutnya.

"Bukankah kalimatmu barusan bilang ada formula yang itu? Formula-yang-itu itu formula yang mana lagi?"

"Ah, eh.... Uh...."

"JAWAB!" bentak Deev. Ia pindahkan tangan satunya ke rahang si lelaki tua. Kamu membuang muka saja. Sejak dahulu, kamu tak tahan menyaksikan orang tua disakiti anak muda. Pun ketika orang tua itu semenyebalkan dan sekeras kepala Kirkin.

"Tidak ada! Aku salah.... Salah ngomong.... Percayalah.... Meracik formula yang dimau Sanomat itu bukan perkara gampang. Kamu bisa mati bosan mencobanya.... Tanya Galea. Tanya!"

Galea menjengitkan bahu sesaat, sebelum mengalah dan mengatakan semacam iya yang artifisial. Satu lengan Deev masih mengunci dada Kirkin, meskipun ketegangan di wajah Deev jelas telah mereda.

"Kusarankan kalian ikut aku ke Gudang Otak. Kumohon."

Kali ini, nada bicara Kirkin berubah total. Menjadi meminta-minta. Mengalah sekalah-kalahnya.

"Kumohon. Di sana kalian lebih berpeluang mendapatkan sesuatu. Kamu tahu, Anak Muda," wajahnya berpaling kepadamu, "berapa lama aku sudah menghabiskan waktuku di sini? Lima belas tahun. Lama sekali. Cukup lama, sampai aku tahu ada jalan tikus untuk menuju ke Gudang Otak. Berkali-kali aku mau ke sana, tapi tidak bisa. Sekaranglah kesempatan kita."

Matanya mengitari kalian semua. Satu per satu, dari ujung kiri hingga kamu yang paling kanan.

Ganti mereka yang menatapmu. Menunggumu memutuskan.


Kalau kamu setuju bahwa kalian sebaiknya menjajal Gudang Otak dulu, telusuri jalan menuju [72].
Kalau kamu merasa meracik coba-coba lebih aman untuk dilakukan, pindahlah ruangan menuju [62].

Conundrum AproposTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang