[112]

143 11 1
                                    

        

Semua sungguh di luar dugaanmu.

Sambil menginjak-injak mayat Gilles yang teronggok di lantai, Brio merebut topi itu langsung dari kepala Sanomat.

"Hei! Mau apa kau!?" Sanomat segera sadar, langsung berang atas aksi asistennya itu.

"Tidak bisa, Sanomat. Aku tak bisa mengembalikan ini. Aku sudah menginginkan ini sejak lama," ujar Brio santai, sambil menutupi kepalanya yang semakin membotak itu dengan topi bulu ayam, hingga hanya menyisakan sedikit jambul di atas garis tengah dahinya.

Sanomat kian tersuruk. Di lantai rumah susunmu ia bersujud, tak lagi bisa apa-apa. Ia sadar bahwa JKL yang sejak dulu mati-matian ia perjuangkan, dalam waktu tak lama lagi akan terpuruk. Hancur berkeping, tak menyisakan apa-apa selain kenangan yang akan tertulis di buku sejarah. Meskipun ia begitu tiran sekaligus membosankan, dalam hatimu yang terdalam, kamu tetap saja kasihan padanya. Kamu sulit membayangkan pimpinan yang telanjur percaya pada orang-orang di sekitarnya hingga sedemikian rupa dan sekian lama, hanya untuk menerima balasan berupa tikaman bertubi-tubi yang penuh dusta. Bertentangan dengan apa yang ia idam-idamkan.

"Sekarang harus aku yang memimpin negara ini, Sanomat. Lihat! Stoples otak Profesor Tamara sudah ada di tanganku. Aku bisa berbuat apa saja yang kumau!"

Masih berurai air mata kekalahan yang menyakitkan siapa pun yang menyaksikannya, Sanomat menggeram, bangkit perlahan-lahan. Dari satu lutut ke lutut lain, ia naik. Bukannya menerjang Brio, rekan yang ia kira sahabatnya sendiri selama bertahun-tahun; Sanomat memekik, menyerbu kerai pintar dan jendela di baliknya, tembus terus ke udara bebas.

Hei, sebentar.

Terus ke udara bebas? Berarti....

"Kapten, tunggu!"

Kamu terlambat.

Kamu menyadarinya ketika menengok ke bawah, tepat dari balkonmu.

Di belakangmu, Brio menyeringai. Ia puas. Teramat puas, malah.

Sementara kamu dan Leth, tak lagi punya pilihan lain.

Karena kalian telah menyerahkan semua kartu yang kalian punya. Tanpa sisa.

*

Alarm berbunyi keras, lengkap dengan terpaan sinar matahari melewati kerai kainmu.

Ini yang ketiga ratus lima kalinya sejak pemerintah berganti tampuk.

Tiga ratus lima kali pulalah kamu mengerjap, berharap ini memang mimpi, dan tersadar dalam sepuluh detik kemudian bahwa kamu tak sedang bermimpi. Tamparan di mukamu sendiri ketika bercukur, ataupun ketika mandi, ataupun ketika kamu diam-diam menangis, tidak berefek apa-apa selain sengat nyeri hingga ke jangat.

Inilah satu-satunya dunia nyata bagimu. Augariana yang dipimpin Brio; dengan Solomat, Zigurat, dan Galea sebagai asisten perdana menteri, yang beraura begitu tiran. Kamu tak pernah mendengar lagi apa nasib Archer sejak saat ia membedil Kirkin. Seolah benar ia lenyap ditelan bumi. Deev juga begitu. Tak pernah lagi ada berita tentangnya, sehingga kamu berasumsi ia sudah mati. Kamu dan Leth terlempar dari pekerjaan masing-masing, tanpa pernah dicatat dalam sejarah. Gilles mati konyol, juga tak pernah masuk ke materi pendidikan kewiraan bagi semua warga Augariana. Augariana kian gelap, kian bobrok, lebih buruk daripada sebelumnya.

Memang wacana JKL telah pudar sepenuhnya. Memang rakyat kembali diperbolehkan membual sesukanya. Namun, apa yang Sanomat pernah idam-idamkan, tak kunjung tercapai juga.

Augariana masih primitif, dan kunjung primitif jua. Semakin jauh ketinggalan dari negeri Raja William V yang telah direformasi besar-besaran sejak sepeninggal Ratu Elizabeth II. Akses informasi masih tak jelas. Dunia lebih buruk daripada angan-angan fiksi ilmiah. Kriminalitas meningkat. Penjara meluber. Para pelanggar hukum yang disekap di rumah malah berbahagia jadi tahanan. Kamu dan Leth, yang tadinya setia mengabdi bagi pemerintah, tak lagi dianggap; dan tetap harus mengais-ngais pekerjaan bersama ribuan orang bobrok lainnya. Kamu dan Leth didera kewajiban untuk bersyukur dengan segala ketidakcukupan dalam hidup kalian. Setelah kehilangan bayi kalian, semalam setelah kejadian itu, kamu dan Leth bertekad untuk tidak punya anak dulu. Kasihan, bayi itu nanti. Sekarang, untuk makan tiga kali sehari saja kalian sulit.

Yang jelas-jelas makin parah: rakyat semakin tak menganggap kejujuran itu penting. Semua berdusta. Semua tak mau bicara sambil menatap mata. Semua mengutarakan yang berbeda ketika disurvei, berbuat beda lagi ketika tak ada yang memindai.

Di puncak malam melelahkan itu, untuk kesekian kalinya, kamu mengonggokkan seluruh pakaian di lantai, tepat sebelum naik ke ranjang. Leth telah menunggumu di sana, juga berbaring telanjang.

Ketika kalian saling pejam dan benam, dalam hati kamu masih bertanya-tanya, pernahkah Leth sungguh jatuh hati padamu.

Dan entah sampai kapan kamu akan terus bertanya seperti ini; merasakan sakit yang sama seperti ini.

TAMAT


Tidak puas? Silakan tutup buku ini, atau kembalilah ke [1].
Terima kasih sudah mengikuti Conundrum Apropos.

Penafian: William V adalah gelar resmi untuk Prince William (b. 1982), andai beliau nanti menjadi raja Britania Raya. Pencantuman nama ini hanya ditujukan untuk pelengkap setting cerita (tempelan) belaka.

Conundrum AproposTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang